Vient à vous. (Coming to You)
&&&
Ayas.
Hari ini Mama telepon dan bilang kalau dia mau pergi ke Monaco untuk ketemu Papa. Gue sebenernya cukup bingung tapi ya udah lah.
Mama pergi sama tante gue, namanya Tante Nina. Dia itu Mamanya sepupu gue yang namanya Seta.
Mama pergi ke Monaco. Ini semua berarti udah dibicarain jauh-jauh hari, karena pergi ke Monaco gak semudah itu. Kita tentunya harus punya visa dan persiapan lainnya.
Mama bilang, nanti dia bakal cerita sama gue setelah urusannya sama Papa selesai.
Gue cuma bisa ngeiyain ucapan Mama pagi ini tanpa mikirin terlalu jauh ada apa.
Biarin aja.
Kadang, urusan orangtua akan terus jadi urusan mereka dan kita gak perlu tahu.
Oh ya, selain telepon dari Mama, hari ini gue juga ngeiyain ucapan Seta—sepupu gue itu, yang mau ngenalin gue sama cowok.
Ternyata cowok itu calon kakak iparnya. Jadi gue pikir, gak ada salahnya untuk saling kenal dulu. Kedepannya gimana, ya biarkan mengalir aja.
Setelah kontak-kotakan beberapa kali, gue dan dia setuju untuk ketemu di kafe gue aja. Dia juga katanya penasaran pengen liat.
Menunggu sekitar tiga puluh menit, akhirnya gue mendengar suara motor vespa yang di parkir di halaman parkir. Gue ngintip sebentar dan menemukan seorang cowok tinggi yang turun dari vespa birunya kemudian langsung berjalan mendekat ke kafe gue.
Gue berdiri di depan pintu dan gue bisa liat kalau dia lagi ngebenerin rambutnya yang mungkin lepek karena helm.
Gue senyum, terus tiba-tiba dia yang lagi ngeberin rambutnya itu ngeliat ke arah gue dan ikut senyum.
"Sorry, gue lama banget ya?"
Gue menggeleng. "Nggak kok. Santai aja."
Cowok itu ngangguk lagi sambil senyum ramah. Gue udah pernah ketemu sama adiknya yang juga calon istri Seta, jadi gue gak aneh kalau cowok ini juga ramah.
"Masuk aja ya?" tawar gue dan dia mengangguk setuju.
Kita berdua langsung duduk di salah satu meja di deket jendela, keadaannya cukup canggung karena emang kafe gue belum resmi buka dan cuma ada suara musik dari LP yang menemani kita.
"Oh ya, gue Tama." Suara beratnya tiba-tiba mecah keheningan di sekitar kita dan dia mengulurkan tangan buat ngajak gue kenalan secara resmi.
Gue senyum. "Gue Parasayu, tapi panggil Ayas aja."
Setelah itu, tanpa gue duga ternyata kita berdua ngobrol dengan lancar dan kecanggungan tadi justru hilang begitu aja. Dia cerita tentang kesibukan dia sehari-hari, gue juga begitu.
"Oh, jadi Kak Tama ini punya kebun stroberi? Seta belum cerita apa-apa sih sama aku."
Ngobrol satu jam lebih, gue dan Kak Tama udah langsung akrab. Ya, gue bahkan memutuskan untuk manggil dia Kak Tama dan menghilangkan gue-elo tadi.
Kak Tama bergumam gak jelas, sampai akhirnya dia jawab. "Bukan pribadi punya aku sih, Yas. Itu punya Ayah, cuma aku emang bantu disana. Kenapa?"
"Aku tuh sebenernya lagi bikin konsep baru buat kafe ini..."
"Oh ya? Gimana?" tanya Kak Tama antusias.
"Jadi kafe punya Papaku itu temanya jeruk, Kak." Jelas gue pelan-pelan. "Nah, aku disini mau buat tema baru, ya walaupun gak akan ngilangin menu-menu khas jeruk kayak di kafe Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fanfiction(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]