Guerre silencieuse. (Silent war)
&&&
Ayas.
Hal baru yang gue temui tentang Iyas yaitu sifat manja dia waktu lagi sakit kayak gini.
Iyas beneran nempel-nempel terus, bahkan kalau gue geser sedikit karena gerah Iyas malah makin ngedeket sampai-sampai kita berdua tidur lebih banyak ngabisin bagian tempat gue berbaring.
Tangan gue juga keringetan banget karena Iyas gak mau lepasin. Padahal udah berkali-kali gue bilang, gue gak mungkin pergi. Kan ini rumah gue sendiri. Lagi pula, jahat banget kalau gue gak bertanggungjawab atas sakit Iyas malam ini.
Tapi tetep aja, Iyas bener-bener nempel terus sampai gue susah gerak.
Mau gue marahin, tapi kasian. Iyas juga tidurnya gak nyenyak, sedikit-sedikit bangun karena perutnya yang belum begitu membaik.
Sekarang aja, dia kebangun karena gue beneran gak tahan tangan gue dipegang seerat itu semaleman. Mungkin Iyas kaget waktu dia ngerasa tangan gue gak lagi dia pegang.
"Mau kemana?"
"Gak kemana-mana, Iyas."
"Jangan bohong. Sini tangannya, Yas."
Gue berdecak kesal. "Gak bohong. Tangan aku keringetan, Iyas."
"Nanti kamu pergi lagi."
"Ya ampun... Gak akan. Aku juga udah ngantuk, ngapain pergi."
"Tetep aja... Jangan pergi."
Gue menghembuskan napas dan ngeliat wajah Iyas yang masih pucat, setelah itu gue narik badan Iyas supaya gue bisa meluk dia.
"Nih, aku gak akan pergi, Iyas."
"Hmm..." gumam Iyas sambil ngeratin pelukannya.
"Maaf ya, Yas. Kamu jadi susah."
"Gak apa-apa. Perut kamu masih sakit?"
Iyas ngangguk pelan dan bikin dagu gue sedikit geli karena rambutnya Iyas yang ikut gerak-gerak.
"Besok pagi aku coba telepon dokter ya? Atau kalau kamu lumayan kuat, kita langsung ke Rumah Sakit aja, Iyas. Oke?"
Iyas menggeleng. "Gak usah. Disini aja."
"Ih, susah dibilangin."
"Hmm... Biarin."
"Udah, udah. Aku ngantuk, Iyas."
Gue langsung ngerasa tangan Iyas ngelus-ngelus pelan punggung gue setelah gue ngomong gitu. Gue inget, dulu Iyas gak pernah tidur duluan sebelum gue beneran tidur. Sepanjang malam Iyas pasti ngelus punggung gue supaya gue ngerasa lebih nyaman dan cepet ngantuk.
"Kamu tidur, Iyas."
Iyas ngangguk dan langsung merem. Wajar sih. Iyas kan lagi sakit, gue juga gak akan tega kalau dia tidur harus nungguin gue duluan yang tidur. Makanya gue langsung ikut merem dan mencoba untuk tidur.
Tapi gak lama dari sana, gue ngerasa Iyas bergerak pelan, pelukannya agak melonggar dan gue bisa ngerasain jari-jari dia yang ngelus pelan pipi gue.
"Tidur yang nyenyak, Parasayu. Maaf."
Setelah itu gue ngerasa kening gue dicium dan Iyas kembali masuk ke pelukan gue.
Lama gue diem dalam keadaan merem. Gak nyangka karena Iyas tetep bersikeras nungguin gue tidur duluan bahkan sampai di masa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Фанфик(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]