16. Nuit à Bali.

4.8K 551 204
                                    

Nuit à Bali. (Night in Bali)

&&&


Iyas.

"Satpam banget, Iyas." Ucap Ayas tiba-tiba sambil ketawa.

Gue ikut ketawa dan langsung narik Ayas ke pelukan. "Takut kamu bercanda terus gak dateng ke bandara."

"Ya gak mungkin dong, Iyas. Ini kan liburan aku. Kamu tuh tiba-tiba nebeng."

Gue langsung ketawa dan ngerangkul pundak Ayas. "So, how's Monaco?"

Ayas senyum lebar. "Seru. Disana beneran quality time berempat."

"Kamu gimana, Iyas?"

Gue ngangguk. "Seru juga. Aku bisa istirahat lama di rumah."

"Emang Gala Premiere film kamu tuh kapan?"

"Nanti, masih Februari. Dateng ya?"

Ayas ngangguk sambil senyum. "Tapi kita jalannya pisah-pisah aja ya nanti?"

"Kenapa?" tanya gue bingung.

"Ya berangkatnya gak apa-apa bareng, cuma nanti pas masuk gitu aku sendirian aja. Gak mau diliatin orang."

Gue ngeliat ke arah Ayas dan nyium pelipisnya. "Oke, kalau kamu gak nyaman gak apa-apa. Nanti aku atur supaya kamu masuk ke dalem teater bioskop di kursi khusus tamu."

Ayas ngangguk dan dia ikut melingkarkan tangannya di pinggang gue.

Perjalanan dari Jakarta ke Bali gue dan Ayas habiskan dengan sangat menyenangkan. Gue sekarang ngerti kenapa Ayas gak pernah keliatan keberatan pergi sendirian.

She plays with herself very well. Dia bisa sibuk sendiri ngelakuin sesuatu, dia dengan mudah mengikuti instruksi apapun disana, dia pesen makanan yang dia mau, dia bisa ngatur kegiatan dia sendiri, dia punya rencana banyak yang bakal dia habiskan untuk menikmati liburannya.

"Jadi, kita bakal tahun baruan dimana, Yas?"

Ayas yang sedari tadi main game langsung menoleh. "Ke Pantai Kuta."

Kening gue langsung berkerut. "Kamu udah tau belum sepenuh apa disana?"

Ayas ngangguk dengan santai. "Tapi aku penasaran, sepenuh apa sih?"

"Jadi nanti kita kesana?"

Ayas ngangguk.

"Oke, aku bakal pake sepatu kalau gitu."

"Kenapa?"

"Ayas, kamu gak akan tau segimana penuhnya disana."

Ayas ketawa sambil ngeliat ke arah gue. "Kamu takut sendal kamu keinjek terus lepas?"

Gue mendelik sebal dan langsung mencium pipi Ayas yang masih naik karena dia masih ketawa. "Jangan marah kalau nanti aku ngetawain kamu ya, Yas."

&&&

Ayas.

Gue dan Iyas langsung masuk ke kamar setelah dapet kunci dari resepsionis. Kata Iyas, hotel ini tuh masih hotel punya kerabatnya. Kalau gak salah, punya keluarga suami sepupunya. Kalau gak salah ya, seinget gue gitu.

Gue dan Iyas sama-sama langsung beres-beresin baju kita berdua. Setelah itu kita bakal santai-santai aja di hotel sebelum akhirnya berangkat ke pantai nanti malem.

"Mau order room service aja atau turun ke restoran, Yas?" tanya Iyas yang nyusul gue rebahan di depan kolam renang kamar kita.

Gue ngelirik sebentar ke arah Iyas. "Turun aja deh, Iyas. Jangan mageran, kan mau jalan jauh juga."

In Our BackyardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang