Lui et le thé. (Him and The Tea)
&&&
Ayas.
Waktu gue bangun besoknya, gue menemukan Iyas yang lagi tidur di sebelah gue.
Ih dasar.
Gue masih kesel banget sama Iyas. Tapi gak tega juga liatnya.
Iyas kayaknya capek banget, karena seinget gue ini pertama kalinya liat dia tidur sampai mulutnya sedikit kebuka.
Gue meringis waktu liat bibirnya Iyas.
Pasti gara-gara gue.
Dan gak dia obatin sama sekali.
Pasti itu jadi perih banget sih, dan mungkin nanti bisa jadi sariawan.
Kasian.
Tanpa sadar gue senyum ngeliatin Iyas tidur.
Hai, Iyas. Kamu baik-baik aja kan selama lima tahun ini?
Aku gak pernah bayangin kalau aku bisa bangun tidur dan ngeliat wajah kamu yang masih tidur kayak gini lagi, Iyas.
Kamu kayak anak bayi tau gak? Hehe.
Gue ngelus pelan rambut Iyas, ngebiarin dia bergerak sedikit buat menyamankan posisi tidurnya.
"Lucu ya, Iyas. Orang-orang udah melangkah jauh. Terus kita berdua masih disini. Aku belum yakin buat nerima kamu lagi." gumam gue pelan.
Gue menghela napas. "Kalau kamu capek, gak apa-apa kok kalau kamu mau nyerah sama aku."
Gue ngelus pelan pipi Iyas.
Lucunya, Iyas sama sekali gak ngerasa keganggu sama apa yang gue lakukan.
"Maaf, Iyas. Bibir kamu jadi luka gini." Lanjut gue bergumam kemudian gue ngecup pelan bibir Iyas.
Gue ngeliat ke arah jam di dinding kamar. Udah jam setengah lima pagi, berarti waktunya gue beranjak dari tempat tidur dan siap-siap.
Oh ya, setelah gue hitung-hitung, gue butuh banyak budget untuk ngerenovasi kafe. Karena gue vakum selama sekitar lima tahun, uang gue gak sebanyak itu. Apalagi dengan kondisi gue yang pindah-pindah negara selama lima tahun ini.
Jadi gue putuskan untuk ngebuka kafe sesuai rencana awal gue. Yaitu hari ini. Mungkin butuh waktu lama sampai gue bisa bikin kafe yang bener-bener bisa melengkapi semua mimpi gue. Gak apa-apa kok. Perlahan-lahan gue pasti bisa nyampe ke mimpi itu.
Setelah gue selesai mandi, gue langsung turun ke kafe dan bikin roti. Gue juga udah stok jeruk segar dan hubungin Kak Tama untuk ngirim stroberi. Semoga semua kerjaan hari ini lancar.
Oh iya, Mural hari ini belum bisa ikut kerja disini. Dia masih liburan.
Beberapa tahun lalu, setelah gue gak lagi buka kafe, Mural lulus kuliah dan sekarang dia hobi traveling. Sendirian aja gitu. Gue udah nyuruh dia nyari kesibukan lain, atau seenggaknya nyari cewek. Terus Mural malah curhat, tipe-tipe cowok belum move on dari mantan pacar deh pokoknya. Makanya dia liburan terus, buat ngalihin perhatian dia dari mantan katanya.
Tapi tenang aja. Hari ini Zizi, Riga, dan juga temen gue yang namanya Jeremy bakal kesini dan bantuin gue.
Jeremy ini cowok yang gue temuin di Korea. Orang campuran Korea-Indonesia yang berbakat banget jadi barista. Kebetulan, dia ada rencana pindah ke Indonesia dan dia sendiri yang nawarin untuk kerja disini. Karena dia sebenernya udah sukses sih. Kafenya bukan ada di Seoul aja, bahkan udah ada cabangnya di beberapa kota di Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fiksi Penggemar(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]