Jeu et frères. (Game and Brothers)
&&&
Iyas.
"Yas, lo ngaca deh."
Gue ngelirik Danu sekilas, "emang kenapa?"
"Lo tuh senyum-senyum terus dari tadi. Kayak gak punya dosa padahal kemarin lo batalin syuting mendadak."
Gue ngusap leher gue bingung. "Masa?"
"Beneran! Sampai kru yang lain tuh bingung, lo abis ngapain sampai senyum-senyum mulu." Jawab Danu kesel.
Gue diem.
Masa iya gue senyum-senyum terus dari tadi?
Gue gak sadar sama sekali.
"Nih, bahkan gue dari tadi liatin, waktu kita nge-take scene sedih aja lo senyum lebar. Gue heran."
Udah. Gue berhenti ngedengerin Danu karena pasti dia bakal terus nyerocos.
"Dan apa itu? Kenapa lo sekarang suka bawa termos?"
Gue langsung narik termos gue yang hampir Danu ambil. "Apaan sih lo."
"Arias, apaan sih lo kayak anak kecil. Gue cuma mau liat."
"Ya gak boleh. Udah sana balik ke posisi lo." Jawab gue yang langsung buru-buru masuk ke mobil dan nyimpen termos kopi disana.
Setelah gue kembali, syuting segera dimulai. Sebenernya hari ini gak begitu banyak scene yang harus dikejar karena emang gue dan tim butuh balik ke Jakarta untuk meeting sama tim sisanya yang emang belum gue suruh pergi ke Bandung.
Lagi pula ini emang masih awal-awal syuting, dan ada satu-dua hal yang butuh gue diskusiin sama beberapa orang lagi selain tim yang udah berangkat.
Seperti biasa, jam lima sore akhirnya kita break syuting. Gue langsung bawa kotak makan yang tadi pagi gue minta Ayas bikinin dan juga termos kopi gue.
Gue ngambil tempat di sudut dan langsung makan dengan lahap. Menikmati makanan super enak ini sendirian.
Ya karena emang itu tujuan gue.
Minimalnya Danu gak boleh sampai kesini dan minta makanan gue.
Setelah gue selesai makan, Danu nyamperin.
Sumpah ya, Danu tuh kayak gak punya temen lagi selain gue. Apa-apa nyamperin gue.
"Kata Mbak Intan yang nyiapin makan, lo katanya gak ngambil porsi buat lo. Kenapa?"
Gue nyeruput kopi gue sebentar terus ngelirik Danu yang masih makan. "Oh, gue udah makan."
"Udah makan? Sama apa?" tanya dia heran.
Gue ngangkat kotak makan gue dengan santai tanpa perlu ngejawab pakai omongan.
Danu tiba-tiba ngeliatin gue. Nge-judge lebih tepatnya.
"Terakhir gue kenal sama lo, lo gak bisa masak ya, Yas."
Gue ngangguk. "Emang."
"Lah terus?"
"Terus-terus apa sih lo kayak tukang parkir, Nu."
Danu kesel sampai-sampai dia nyimpen piringnya. "Serius. Ini gue serius nanya sama lo ya Arias."
Gue nganguk santai.
"Gue udah mencoba mengabaikan ini tapi gue makin curiga sama lo. Gue gak buta ya Yas walaupun waktu itu masih subuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fanfic(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]