29. Son famille et proposé.

4.4K 531 112
                                    

Son famille et proposé. (His family and Proposed)

&&&


Ayas.

Gue ngelirik ke Iyas yang duduk di kursi kemudi di sebelah gue.

Gue sebenernya luar biasa deg-degan karena hari ini gue dan Iyas mau ketemu keluarganya.

Iya, setelah tadi malam Iyas bilang kalau orangtuanya mau ketemu sama gue, gue semaleman gak bisa tidur nyenyak. Bahkan Iyas yang tidur di sebelah gue beberapa kali ikut kebangun dan gue harus pura-pura tidur supaya Iyas kembali tidur.

Tanpa gue sadari, sedari tadi tangan gue saling bertaut karena nyoba untuk ngilangin rasa deg-degan yang bener-bener menguasai.

Pengen bilang Iyas kalau gue gak sanggup, tapi gue juga gak enak.

Makanya dari tadi yang bisa gue lakukan cuma ngelirik ke arah Iyas terus buang muka lagi.

"Iyas, aku gak yakin deh."

"Hmm? Gak yakin kenapa?"

"Ketemu orangtua kamu."

"Karena?" tanya Iyas yang kini keliatan lebih concern sama omongan gue.

"Nggak tau, Iyas. Aku ngerasa gak pantes aja gitu?"

Iyas senyum kecil ke arah gue dan dia ngelus rambut gue dengan lembut.

"Yas, keluarga aku cuma pengen ngobrol-ngobrol sama kamu kok. Gak usah khawatir."

Gue mencoba menarik dan menghembuskan napas dengan teratur supaya perasaan gue lebih baik sedangkan Iyas kembali sibuk nyetir.

Sibuk menetralkan perasaan sambil ngelamun ngeliatin jalanan, gue cukup kaget waktu tiba-tiba suara lagu yang sangat familiar keluar dari tape di mobil Iyas.

Dia senyum—lebih ke nyengir.

"Masih suka gak?"

Gue ngangguk dengan pasti. Iyas baru aja nyalain lagu Miroticnya TVXQ. Lagu yang selalu gue dengerin sebelum gue memulai suatu kegiatan.

Terus Iyas ketawa pelan dengan tatapannya yang fokus ke jalan. "Semoga setelah denger lagu ini kamu bisa lebih nyaman ya, Yas."

Gue baru sadar kalau dulu Iyas bisa begitu mengenal gue dalam waktu singkat.

Gue baru sadar, kalau Iyas mencatat dengan jelas hal-hal kecil yang gue sukai.

"Makasih, Iyas. Aku jauh lebih baik."

Iyas noleh sedikit ke arah gue sambil senyum.

Begitu aja, gue liat mata dia ikut berkilauan.

&&&

Iyas.

Mobil gue masuk ke pekarangan rumah setelah salah satu penjaga di rumah bukain pagar buat gue.

Gue mencoba biasa aja, padahal kenyataannya gue juga deg-degan—lebih ke excited karena Ayas akhirnya bisa ada di rumah gue.

Ayas bisa ngobrol sama Mami, Papi, dan Anin.

Gue pengen mereka kenal sama Ayas sebagai Ayas. Bukan Ayas yang dulu bikin gue berpaling dari pacar gue, juga bukan Ayas yang dulu pergi dari rumah sakit ketika gue masih butuh dia.

Gue mau keluarga gue tau kalau Parasayu bukan sekedar parasnya aja yang ayu, tapi segalanya.

"Ayo masuk, Yas."

In Our BackyardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang