25. La rencontrer et s'inquiéter.

4.2K 553 109
                                    

La rencontrer et s'inquiéter. (Meet her and Worry)

&&&


Ayas.

"Jadi, Mala apa kabar?" tanya gue disela-sela keheningan malam.

Iyas ngelirik ke arah gue bingung. "Kenapa nanya aku?"

Gue ngangkat bahu tanpa ngeliat ke arah Iyas. "Terus aku harus nanya siapa dong, Iyas?"

Iyas menghela napas. "Mala baik kok."

Gue tanpa sadar ngangguk kecil. Gimanapun Iyas sekarang, Mala udah ada di hidup Iyas sejak lama. Gue yakin bakal susah untuk berhenti komunikasi begitu aja.

"Aku seneng kamu dan Mala masih berkomunikasi dengan baik, Iyas. After all, kamu kenal dia udah lama banget."

Iyas kembali ngeliat ke arah gue. "Bukan gitu, Yas. Mala sekarang itu ud—"

Gue langsung motong ucapan Iyas dengan ketawa. "Hahaha kenapa, Iyas? Kamu gak usah ngejelasin apa-apa sama aku. Aneh deh."

Gue sedikit ngeliat ke arah Iyas dan gue liat mata dia keliatan kecewa. Tapi gue abaikan karena sesuai janji dengan hati gue sendiri, gue gak mau semudah itu kembali sama Iyas.

"Aku nanyain kabar Mala, karena aku pengen ketemu sama dia." Jelas gue kembali membuka obrolan.

"Kenapa?" balas Iyas pelan.

Gue menatap kosong entah kemana. "Karena aku jahat sama Mala, Iyas."

"Nggak, Yas." Gumam Iyas pelan. "Yang jahat disini cuma aku."

Gue ngangguk setuju. "Iya, kamu orang paling jahat, Iyas. That's the fact, dan aku gak mau bikin kamu ngerasa perbuatan kamu dulu bukan apa-apa. It's a big thing, it damaged me..."

"...and her." Lanjut gue.

Iyas ngangguk kecil tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Kamu inget gak, Iyas? Aku bilang kalau aku nyakitin Mala?"

Iyas diem untuk beberapa saat. "Kapan?" cicit dia pelan.

Gue senyum kecut. "Waktu kamu di Rumah Sakit."

Gue liat mata Iyas terluka. "Maaf, Yas. Waktu di Rumah Sakit itu... Gak semua informasi aku terima dengan bener. W-waktu itu... A-aku..."

Gue senyum kecil ke arah Iyas. Gue inget dengan jelas gimana Iyas malam itu, jadi dia gak perlu ngejelasin apa-apa lagi sama gue.

"Iya aku tau, Iyas."

"Iyas, aku ngomong kayak gini bukan karena aku masih nyimpen dendam sama kamu."

Gue menggeleng sebelum ngelanjutin. "Tapi aku mau kamu tau, dimana letak sakitnya. Biar kamu gak harus mengira-ngira kamu salah dimana."

Iyas cuma diem menyimak.

"Biar kamu tau, Iyas. Aku butuh lima tahun untuk ngerasa diri aku gak serendah itu."

"Biar kamu tau, gimana mengerikannya mata Mala waktu aku ketemu sama dia."

"Biar nanti, kalau kamu mulai suka lagi sama seseorang, kamu gak akan ngelakuin hal kayak dulu lagi."

Iyas tetep diem, tapi kepalanya jauh lebih menunduk.

"Aku pengen minta maaf sama Mala, Iyas. Bisa aku dapet nomor Mala? Nomor dia dulu aku hapus."

Iyas ngangguk kecil. "N-Nanti aku coba minta nomornya."

In Our BackyardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang