4. Homme agaçant

4K 607 242
                                    

Homme agaçant. (Annoying man)

&&&


Iyas.

"Apa sih, Iyas." Gerutu Ayas sambil ngelus pelan hidungnya yang tadi gue cubit.

Gue terkekeh pelan dan langsung mengemudi menuju Lembang.

Sepanjang perjalanan, Ayas diem aja dan malah merhatiin pemandangan di luar. Gue tau pasti dia masih kesel banget sama gue, tapi ya udah lah.

Gue baru kenal Ayas, tapi sejauh ini gue udah liat berbagai ekspresi dia. Walaupun gue juga tau Ayas lebih suka nahan emosinya, apalagi sama orang baru kayak gue.

"Yas, lo anak kedokteran ya?" tanya gue nyoba cari obrolan.

Ayas langsung menoleh ke gue dengan tatapan kaget sekaligus bingung. "Kok tau?"

Gue menggaruk leher gue bingung. "Anindira Danica, kenal gak?"

Ayas diem. Terus tiba-tiba dia nutup mulutnya sendiri karena kaget. "Kenal.... Emang kenapa sama Anin?"

"Adik gue."

"Oh iya?!" pekik Ayas seneng.

Akhirnya dia gak dingin lagi sama gue.

"Anin gimana kabarnya? Gue boleh minta nomor Anin?"

"Buat apa?" tanya gue sengaja bercandain dia.

"Hmm. Kan kafe mau buka, gue beberapa waktu lalu ngirim undangan buat Anin. Tapi gak tau nyampe atau nggak."

Gue tanpa sadar malah senyum karena akhirnya Ayas mau ngobrol panjang sama gue.

"Iya nanti gue kasih nomor Anin."

Ayas ngangguk setuju dan langsung menatap jalanan ke depan. Setelah itu suasana jadi hening lagi, dan gue kembali nyoba nyari obrolan.

"Kenapa gak nerusin jadi dokter, Yas?"

Ayas kembali ngeliat ke arah gue. "Ceritanya panjang."

"Kita punya banyak waktu sampai ke Lembang, kan?"

Ayas mendengus kesal sambil natap gue. Mungkin karena gue terdengar selalu maksa sama dia. Tapi ya... Namanya juga usaha.

Haha usaha apa coba.

Arias emang ngaco.

"Jadi kenapa?"

"Gak penting kok, Iyas." Jawab Ayas pelan.

"Gue gak berharap itu alasan penting kok, Yas. Cerita aja... Mumpung kita masih di jalan."

Ayas berdehem sebentar kemudian dia ngeliat lagi ke arah gue. "Iyas tukang maksa ya?"

Gue mau gak mau langsung ketawa karena Ayas natap gue sangat nge-judge. Bukannya cerita, dia justru malah nuduh-nuduh gue.

"Cerita aja, Parasayu."

"Eh?" gumam Ayas pelan.

"Kenapa?" tanya gue sambil ngelirik dia sebentar.

"Kok tau nama panjang gue?"

Gue lagi-lagi ketawa. "Emang siapa yang gak tau?"

Ayas mendengus dan kembali diem. Gue juga jadi sedikit bingung karena dia gak jadi cerita apa-apa setelah dia nge-judge gue yang nggak-nggak.

"Jadi gue mau sok tau aja deh, lo gak lanjutin jadi dokter karena nemu passion baru di bidang kuliner ya?"

Ayas lagi-lagi noleh ke arah gue. Terus dia ngangguk kecil.

In Our BackyardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang