tw // cheating infidelity
please carefully read the warnings before continue reading this.
&&&
"To make the perfect Kaya jam, you must stir everything for 50 minutes non-stop."Ayas.
Semenjak gue lahir ke dunia, ada satu hal yang gak berubah sampai hari ini gue berumur dua puluh tiga tahun.
Dapur masih menjadi tempat paling nyaman setelah kamar.
Papa bilang semenjak gue bisa merangkak, hal yang selalu gue lakukan adalah menyusul Papa ke dapur. Karena hal yang dia lakukan hampir seharian yaitu berdiam disana.
Iya, Papa seorang koki.
Kafe kecil yang menyediakan menu sarapan dan makan siang. Kafe pribadi milik Papa yang dibangun di Monaco, Eropa Barat lima tahun sebelum gue lahir.
"Yas, kafe ini tempat Papa dan Mama dulu ketemu. Jadi Papa harus terus rawat selama Papa mampu."
Notre Cour.
Berasal dari bahasa Perancis yang artinya halaman belakang kami.
Kafe yang Papa bangun sendiri sejak masih muda dan sampai sekarang masih tetap ramai pengunjung. Apalagi, kafe Papa ini terletak di dekat sirkuit balap mobil terkenal yaitu Circuit de Monaco. Selama bulan Mei, bahkan biasanya Papa akan kelelahan karena dibulan itulah sirkuit balap ini menjadi tuan rumah pertandingan F1.
Menu yang paling gue suka adalah French Toast dan Tangerine Tea.
French Toast yang dibaluri selai Kaya khas Singapur yang setiap dini hari gue buat sendiri sampai-sampai tangan gue berotot. Dan Tangerine Tea, bukan apa-apa sih tapi gue emang selalu suka sama semua teh dimuka bumi ini.
Selama bulan Mei, gue akan memastikan bahwa kedua menu itu akan menyisakan satu porsi untuk gue setelah lelah membantu Papa. Subuh-subuh gue akan mengendap-endap masuk ke dapur kafe dan mengambil beberapa potong roti dan juga potongan jeruk untuk disisihkan. Biasanya Papa akan menggeleng kesal, tapi pria itu pada akhirnya akan tertawa dan menyentil kening gue.
Oh ya, gue gak tinggal di Monaco. Hanya selama musim pertandingan F1 gue akan kesana membantu Papa. Karena pada hari biasanya kafe nggak begitu penuh dan Papa bisa mengatasinya sendiri.
Gue tinggal di Bandung bersama Mama semenjak kedua orangtua gue memutuskan untuk bercerai dan hak asuh jatuh ditangan Mama. Mama dan Papa masih berteman walaupun dengan jelas Mama udah gak cinta sedangkan Papa masih. Nggak, gue nggak marah atau kecewa sama keduanya. Gue tau, gak semua hubungan harus berakhir bersama selama-lamanya. Bahkan dalam ikatan pernikahan.
"Yas, kalau kamu buka Notre Cour di Bandung bagaimana?"
Mei tahun lalu, gue berhasil mengambil alih dapur di Notre Cour sebanyak 80%, sedangkan Papa bertugas mengecek pekerjaan gue dan melayani kasir. Tahun lalu gue baru lulus kuliah, ambil jurusan kedokteran tapi nggak gue lanjutkan sampai koas di rumah sakit. Hanya cukup menggandeng gelar sarjana tanpa mau melanjutkan profesi.
"Berat deh Pa kalau buka kafe sendiri." jawab gue waktu itu.
Tapi hari ini, tanggal 15 Mei kafe Notre Cour cabang Bandung sudah selesai di bangun dan tinggal gue resmikan bulan depan.
"Papa datang kan?" tanya gue sambil membantu membuat Espresso.
Papa yang baru memberikan struk pada pengunjung langsung menoleh dan tersenyum kecil. "Pasti datang dong."
Gue tersenyum.
Papa adalah pria lembut yang selalu menekan perasaannya dalam-dalam. Tidak pernah mau menunjukkan rasa berlebihan pada siapapun termasuk gue. Ketika Papa kesal atau sedih, ia hanya akan pergi menyendiri untuk beberapa menit kemudian datang lagi dengan kembali ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fanfiction(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]