13. Rire et oublier.

4.2K 576 290
                                    

Rire et oublier. (Laugh and Forget)

&&&


Ayas.

Iyas tiba-tiba ngedeket dan bikin gue yang dari tadi lagi bales chat Winnie langsung nahan napas.

"Sabuk pengamannya, Ayas."

Gue menyeringai kikuk dan menyamankan posisi duduk.

Tadi gue buru-buru masuk ke mobil Iyas buat masuk-masukin barang bawaan gue dan langsung sibuk balesin chat Winnie yang udah berpuluh menit gue biarkan terbuka. Kasian Winnie kan kalau dia nyangka gue cuma ngeread chatnya tanpa ngebales.

Gue bukan lupa pakai sabuk pengaman atau pengen Iyas pasangin kok. Gue cuma belum pake aja.

"Yas, perjanjiannya kamu gak boleh ngantuk ya!"

Gue ketawa waktu ngedenger Iyas yang ngomong gitu sambil mundurin mobilnya karena dia mau keluar lagi dari parkiran kafe.

"Aku gak ngantukan, Iyas."

Iyas senyum terus ngelus pelan rambut gue. "Kamu gak tau aja waktu itu kamu ketiduran setelah kita pulang dari Lembang."

Gue menyeringai malu dan terkekeh garing. "Hehehe aku gak sopan banget ya? Padahal kamu baru ngajak aku temenan waktu itu."

Iyas ketawa dan setelah itu dia ngatur-ngatur music player di mobilnya.

"The Beatles and TVXQ, how?" tanya Iyas sambil ngelirik ke arah gue sebentar.

Gue gak bisa untuk nahan senyum dan mengangguk. "Kalau gini ya aku gak mungkin ketiduran lah, Iyas."

"Kalau kamu ngantuk, kita gantian nyetir ya?" lanjut gue yang tanpa sadar sedikit menggoyangkan badan menikmati lagu.

Iyas mengangguk dan fokus nyetir.

"Kalau lagu kesukaan kamu apa, Iyas?"

Iyas menoleh sebentar dan terdiam. "Kayaknya gak ada."

Gue mengangguk lagi dan kembali menyamankan posisi duduk. Menikmati suasana di mobil dan juga lagu-lagu kesukaan gue yang diputar sambil menunggu lampu merah berubah hijau.

Oh please, say to me

You'll let me be your man

And please, say to me

You'll let me hold your hand

Tangan Iyas tiba-tiba mendekat dan gue dengan sigap langsung narik tangan gue menjauh.

Iyas ngeliat gue bingung dan gue langsung ketawa.

"Wlee! Gak boleh pegang tangan aku, Iyas."

Iyas ketawa dan tiba-tiba dia mencondongkan tubuh ke arah gue dan nyium bibir gue. "Kamu emang nyebelin ya, Yas."

Gue diem.

Terlalu kaget sama apa yang Iyas lakukan tadi.

Maksudnya... Bahkan yang kemarin aja gue belum lupa, dan Iyas justu malah bikin gue inget lagi dan lagi.

"Iyas, ih."

"Hmm?" tanya Iyas sambil melirik ke arah gue.

Gue gak suka ditatap kayak gitu sama Iyas jadinya gue memutuskan untuk nunduk.

"Kenapa kamu nyium aku?"

Iyas senyum kecil. "Kenapa emangnya?"

Gue menggeleng dan memutuskan melihat ke luar jendela. Perjalanan cukup macet dan sekarang kita lagi nunggu lampu merah berubah hijau. Lagu-lagu kesukaan gue masih menemani, cuma rasanya gue sama Iyas jadi sedikit awkward. Atau gue aja yang ngerasa gitu?

In Our BackyardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang