Je ne ressens pas la même chose. (I don't feel the same)
&&&
Iyas.
Gue gak bisa kayak gini.
Seminggu lebih gue tetep ngebiarin semua chat dan telepon dari Mala gak terbalas karena gue emang mau menegaskan sesuatu sama dia.
Seminggu lebih gue gak ketemu sama Ayas karena gue sibuk syuting, kita cuma bisa ngobrol lewat chat yang Ayas jarang-jarang balesnya dan juga telepon yang cuma Ayas angkat di waktu tertentu.
Gue baru sadar, ternyata emang Ayasnya aja yang gak terlalu mentingin chat dan telepon, karena sekalinya dia angkat telepon gue, kita bisa ngobrol panjang.
Gue gak bisa bohong kalau dunia gue sekarang berpusat di Ayas.
Gue... Gue suka sama dia.
Gue suka sama dia sampai berkali-kali gue habiskan buat ngelamun karena gue takut Ayas sakit hati karena gue.
"Yas, besok balik gak?"
Gue ngelirik ke arah Danu dan ngangguk. "Balik."
"Tumben."
Gue cuma senyum ngedenger ucapan Danu. Jadi Danu itu sebenernya lebih muda dari gue dua tahun, cuma karena gue dan dia bareng-bareng sejak awal karir kita, gue dan dia emang deket banget dan gue udah terbiasa dengan sifat dan kelakuan dia yang kayak gini.
"Yas, gue kayak gini peduli sama lo. Lo kemana aja sih?"
Gue menghela napas dan ngeliat ke arah Danu. "Gue beneran mau cerita sama lo, Nu. Tapi gue yakin lo gak akan bisa mencerna ini semua."
"Kenapa? Lo lagi ada masalah apa?"
Gue menggeleng. "Nanti gue cerita, kapan-kapan."
"Arias, si Mala tuh nyariin lo. Waktu itu dia sampai nyamperin ke Bandung tapi lo gak bisa dihubungi."
Gue ngangguk. "Gue ke Jakarta waktu itu."
"Tapi lo udah ngehubungin Mala?"
"Ya, besok gue mau ketemu Mala."
Danu langsung senyum dan nepuk pelan lengan gue. "Gue kira lo sama Mala lagi ada masalah. Gue seneng kalau ternyata nggak, pokoknya lo gak usah ngilang-ngilang lagi dari dia. Kasian tuh anak orang nyariin."
Gue cuma bisa ngedengerin omongan Danu tanpa ngejawab apa-apa.
Gue yakin gue butuh pulang cepet ke hotel dan memantapkan tujuan gue. Gue juga gak bisa langsung ketemu Ayas, karena sekalinya gue ketemu dia, gue ngerasa hal lain gak penting dan gue yakin gue bakal ngundur-ngundur lagi hal ini.
Pulang syuting hari ini, gue langsung berangkat ke Jakarta. Gue udah bilang sama Mala kalau gue mau ketemu sama dia dan kita berdua setuju untuk ketemu di rumahnya aja. Beberapa kali di jalan gue menghembuskan napas berat supaya lebih tenang dan semuanya lancar.
Gue tau, berbulan-bulan gue jadi orang jahat.
Dan gue pengen mengakhiri semua ini.
Ada yang harus dipilih, dan jahatnya, gue lupa bagaimana empat tahun sama Mala.
Gue gak mau milih Mala.
Yang gue pikirkan cuma Ayas.
"Kak Iyas!" pekik Mala setelah membukakan pintu buat gue.
Gue senyum kecil dan duduk di ruang tamu setelah Mala mempersilakan.
Mala masuk ke dalem rumahnya dan setelah itu kembali lagi bawa segelas air untuk gue dan juga beberapa camilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fanfic(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]