Te connaître mieux. (Know You Better)
&&&
Ayas.
Setelah kejadian Iyas yang meluk dan tiba-tiba nyium pundak gue waktu itu, gue gak inget gimana ceritanya gue ikut ketiduran dan waktu bangun ternyata Iyas masih meluk gue walaupun posisinya berubah, kita sama-sama berbaring.
Gue bingung.
Setelah itu, gue ngasih jarak sama Iyas.
Karena menurut gue, Iyas ngaco.
Dan gue gak mau ikut-ikutan ngaco kayak Iyas.
Jadi gue coba sedikit ngejauhin dia, dan berhasil.
Ini adalah minggu kedua setelah kejadian malam itu di kamar hotel Iyas, gue kembali buka kafe sama Mural karena dia emang baru bakal masuk semester baru sekitar dua bulan lagi. Kemarin dia ke Monaco karena emang harus urusin kontrak disana.
Sejauh ini aman.
Walaupun Iyas tetep masih sering telepon dan ngechat gue, gue lebih sering gak nanggepin semuanya.
Dan Iyas pun ternyata gak ambil pusing karena dia gak pernah dateng ke kafe selama dua minggu ini.
Mungkin Iyas sadar kalau apa yang dia lakukan dan katakan malem itu cuma efek dia kecapekan aja.
Iya. Gitu kan?
"Yas, giliran gue yang nyuci piring. Lo di depan." ujar Mural yang tiba-tiba nyamperin gue di tempat cuci piring.
Gue ngangguk kecil. "Ada yang baru dateng?"
Mural menggeleng sambil senyum manis dan menepuk pelan kepala gue. "Mikirin apa sih, Yas? Dari kemarin-kemarin lo kurang fokus. Ini udah hampir tutup, udah closed order. Gak akan ada pengunjung baru."
Gue tanpa sadar ngusap leher belakang gue bingung. Bukan sekali ini aja Mural ngomong kalau gue kurang fokus.
Huhuhu sialan emang tuh orang.
Gue tanpa sadar menggeleng-gelengkan kepala supaya pikiran gue lebih jernih. It's should be Andramada, not Arias.
Please cupid, jangan salah nembak panah.
"Yaudah, gue ke depan ya, Ral?"
Mural yang udah sibuk di depan bak cuci piring cuma ngangguk, dan gue langsung buru-buru keluar karena rasanya gak enak kalau gak ada satupun penjaga kafe yang stay di depan pengunjung.
Gue diem sambil liatin pengunjung yang dateng.
Ada beberapa cewek yang lagi sibuk nulis di papan tulis yang sengaja gue sediakan buat pengunjung ngasih kesan mereka kesini, ada juga beberapa keluarga yang dateng.
Hari ini kafe rame, dan ini semua rasanya udah cukup.
Cuma karena kafe, karena Notre Cour ini, hal-hal yang gak harusnya gue pikirin bisa bener-bener tersisihkan dari kepala.
Tiba-tiba handphone gue berdering.
Dari Iyas.
Tanpa pikir panjang, gue langsung reject telepon dari dia.
Dan handphone gue lagi-lagi berdering.
Dari Kak Andra.
"Halo... Kak Andra...?" jawab gue memastikan.
Lalu di sebrang sana suara tawa yang gue hafal langsung masuk ke telinga gue. "Iya, Yas. Ini Kak Andra. Kamu dimana?"
"Di kafe, Kak. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fiksi Penggemar(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]