On se voit en mai. (See you in May)
&&&
Ayas.
Rumah.
Menurut kalian definisi rumah itu apa?
Gue sendiri bingung sih.
Kalau rumah itu didefinisikan sebagai tempat, gue gak tau deh rumah gue dimana.
Waktu Mama dan Papa belum pisah, gue sempat tinggal di Monaco dan di Jakarta. Setelah mereka cerai, Mama memutuskan untuk pulang ke Bandung dan membawa gue kesana. Mungkin kalau gue simpulkan, rumah gue sekarang ya di Bandung. Tapi, tempat paling nyaman sebagai rumah menurut gue adalah ruangan di atas kafe Notre Cour milik Papa di Monaco.
Dulu gue, Papa, dan Mama tinggal disana bertiga.
Setiap pagi-pagi banget, gue yang masih kecil akan terbangun karena wangi adonan roti dan juga suara Papa dan Mama yang saling bercengkrama.
"Ayas udah bangun... Pasti karena nyium adonan roti buatan Papa yang wangi ya?"
Setiap pagi, setiap gue turun ke bagian kafe, Mama akan menyambut gue dengan pertanyaan yang sama.
Terus begitu sampai kita memutuskan menetap di Jakarta.
Dua tahun setelah kita semua kembali ke Indonesia, gue akhirnya sadar kalau orangtua gue bertahan cuma buat gue.
Sampai akhirnya orangtua gue bercerai waktu itu.
Dan jujur aja, gue sempat kaget untuk beberapa saat. Karena kalau kalian pikir gue pernah kepikiran mereka bakal cerai, nggak. Gue gak pernah kepikiran sama sekali.
Mama dan Papa hampir gak pernah berantem. Paling cuma bercanda aja dan ujung-ujungnya keduanya malah ketawa. Tapi ternyata waktu mereka ngasih tau gue kalau pernikahan mereka gak bisa lagi diselamatkan, ternyata mereka gak bohong.
Semenjak itu, Mama pindah ke Bandung dan gue tetap kuliah di Jakarta.
Tapi setiap minggu, gue harus mengingatkan diri sendiri kalau rumah gue sekarang di Bandung.
Karena disana ada Mama, sedangkan Papa memutuskan kembali ke Monaco dan menetap disana.
Gue sedih? Tentu.
Tapi gue juga tau, orangtua gue juga manusia biasa.
Pada akhirnya kita semua di dunia ini cuma individu-individu. Ada individu yang mencoba bersatu dengan individu lainnya, ada yang nggak.
Dan gue sadar, gak semua hal bisa bertahan selamanya.
Dari sana gue ikhlas.
Gue tinggal sama Mama. Mama sekarang kerja jadi pegawai Bank walaupun Papa masih tetap ngebiayain semua keperluan gue. Dan setiap libur semester, setiap ada pertandingan di Sirkuit Monaco, gue akan pergi kesana untuk membantu Papa.
Terus begitu sampai akhirnya gue lulus. Sampai akhirnya gue gak menemukan lagi alasan buat ngelanjutin pendidikan dokter gue.
Gue setiap hari ngelihatin Papa, gue penasaran...
Apa sih keajaiban yang bisa bikin Papa senyum setiap hari?
Gue lihat Papa selalu ngajak ngobrol makanan dan minumannya, sambil ketawa-ketawa, waktu gue tanya kenapa, jawaban Papa simpel;
"Biar kebahagiaan Papa nular ke makanan dan minumannya, Yas. Biar mereka jauh lebih enak."
Gue waktu itu gak percaya. Dan gue memutuskan untuk terus memperhatikan Papa yang gak pernah sekalipun absen melakukan semua hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Our Backyard
Fanfiction(Series #6 Moersjid - TAMAT) Arias, Parasayu, dan dunia mereka yang salah. trigger warning: perselingkuhan [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]