|Nine| Jujur jujuran

926 143 11
                                    

"Cepet cerita atau gak gua potong aset lo!"

Seongwoo bergidik ngeri mendengar ancaman kejam Daniel. Ia menghela nafas melihat betapa keras kepalanya lelaki ini.

"Gua nggak apa-apa kok, serius" kata Seongwoo pelan.

Daniel berdecak. "Si goblok. Gua tuh sahabat lo, cerita aja ke gua kenapa sih!? Lo anggap gua apa??" Ujarnya ngegas.

Seongwoo menunduk takut. "Y-yaudah santai aja, niel"

Daniel menghela nafas kemudian mengelus punggung tangan Seongwoo pelan. "Maaf deh, maaf. Sekarang cepet cerita"

"Tapi janji jangan marah sama gua"

"Gak akan!" Sentak Daniel.

Daniel mengerutkan dahi. "Jangan bilang kemarin lo gak bener-bener pulang ke rumah orang tua lo??" Tanya nya curiga.

Sedetik kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi Daniel. "Diem dulu!" Protes Seongwoo.

Seongwoo mengambil nafas panjang sebelum bercerita. "Emang bener kemarin gua dan adek gua pulang ke rumah. But unfortunately orang tua gua berantem, gua dan adek gua sama sekali nggak tau karena apa mereka tiba-tiba berantem. Pas gua dan adek gua lagi ngobrol sama Mama, tiba-tiba Papa gua dateng sambil marah-marah menggugat cerai Mama. Karena Mama gak terima akhirnya mereka berantem hebat, gua sama adek gua berusaha nenangin mereka karena kita sama-sama udah dewasa dan mengerti hal kayak gitu."

Ia mengadahkan kepalanya sebentar guna membendung air mata. "Sayangnya Papa malah semakin marah, dia mukulin gua dan adek gua tanpa ampun. Dia maki-maki, dia lempar-lempar barang kayak orang gila. Bahkan Mama pingsan karena penyakit jantungnya kambuh, adek gua kena serangan panik karena ngeliat Mama."

"Wait," potong Daniel. "Jangan bilang lo luka-luka gini gara-gara Papa lo" ujarnya sambil menunjuk pelipis, tangan, dan kaki Seongwoo yang terluka.

Seongwoo menampol mulut Daniel. "Diem dulu! Katanya disuruh cerita" protesnya. Daniel hanya cengengesan.

"Beruntungnya, Bibi gua dateng karena awalnya dia mau nganterin kue. Bibi gua nelpon Paman dan akhirnya mereka nolongin gua, adek gua, dan Mama. Mama sekarang masih dirawat di rumah sakit, adek gua sementara tinggal di rumah Paman dan Bibi. Sedangkan Papa gak tau sekarang ada dimana."

Seongwoo menghapus jejak air mata di pipinya. Daniel menarik Seongwoo ke dalam dekapannya, merasa bersalah karena telah memaksa pemuda itu untuk bercerita. Membiarkan sang sahabat menangis di bahunya.

"M-maaf Woo, gua gak tau lo punya masalah keluarga" sesal Daniel.

Seongwoo malah tersenyum bodoh. "Santai aja kali" ujarnya.

Daniel tampak berpikir. "Berarti alasan lo pindah kesini.."

Seongwoo tetap tersenyum dan mengangguk di dalam pelukan Daniel. "Karena gua gak tahan liat Papa dan Mama berantem terus, yaa walaupun Papa dan Mama udah pisah ranjang bahkan pisah rumah. Gua memutuskan buat pindah ke Busan, sedangkan adek gua tinggal di apartement bareng temennya." Jelasnya, Daniel mengangguk-angguk mengerti.

"Kebetulan gua ketemu sama Mama lu pas beliau hampir diapa-apain sama sekumpulan orang jahat. Mama lo nawarin gua tinggal bareng lo sebagai ganti karena gua udah bantuin beliau. Karena pas itu gua emang gak punya tempat tinggal, akhirnya gua terima tawaran beliau" tambah Seongwoo lagi.

Daniel mengangguk lagi kemudian menepuk-nepuk punggung Seongwoo pelan, "Makasih udah nolongin Mamah gua" katanya pelan.

Seongwoo melepaskan pelukannya dan menepuk-nepuk bahu lebar Daniel, "Makasih juga udah ngijinin gua tinggal disini"

Daniel mengangguk dan tersenyum, ia kemudian bangkit dari ranjang Seongwoo lalu berjalan ke arah pintu.

"Udah malem, tidur" suruhnya sebelum keluar dari kamar Seongwoo.

▪■Stand By■▪

Daniel sibuk berkutat dengan laptop di pangkuannya, sembari menyesap segelas teh hangatnya di pagi hari yang tidak terlalu cerah. Membuatnya mengurungkan niatnya untuk sekedar berolahraga di luar.

Ini sudah hampir jam 9, namun Ong Seongwoo belum juga keluar dari kamarnya. Itu membuat Daniel khawatir mengingat kejadian semalam, dimana ia memaksa pemuda itu bercerita dan membuatnya menangis. Daniel merasa sangat bersalah melihat Seongwoo menangis.

"Gua harus apa ya??" Tanya Daniel pada dirinya sendiri, otaknya berpikir keras.

"Ajak jalan-jalan aja kali ya?" Gumamnya. Akhirnya ia memutuskan mencari tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi.

5 menit, 10 menit, 15 menit, Daniel tak kunjung juga menemukan tempat yang menurutnya menarik. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan menghampiri Seongwoo dikamarnya daripada menghabiskan waktunya yang berharga.

"Seongwoo, gua masuk ya" ujarnya sebelum masuk ke kamar pemuda itu.

Daniel menemukan sosok Seongwoo yang tengah berbaring membelakanginya, rasa bersalah itu kembali menghantui kepala Daniel. Perlahan tapi pasti, Daniel mendekati sosok sahabatnya itu kemudian duduk di bibir ranjang hangatnya.

Daniel menepuk pelan pundak Seongwoo. "Woo, bangun" panggilnya.

Tak beberapa lama kemudian Seongwoo bangkit dari posisi tidurnya, kedua matanya ditutupi menggunakan penutup mata bergambar lucu. Daniel sampai tersenyum kecil melihatnya, karena Seongwoo terlihat imut.

"Kenapa matanya ditutupin?" Tanyanya.

Seongwoo hanya menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Daniel tanpa membuka suara.

Daniel yang penasaran langsung membuka paksa penutup mata yang digunakan Seongwoo. Dan apa yang ia lihat membuatnya sangat terkejut.

"Astaga Woo, kok mata lo bisa bengkak gini?!!" Pekik Daniel panik.

Lagi-lagi, Seongwoo hanya menggeleng sambil menunduk.

Namun Daniel tidak ingin memarahi pemuda di hadapannya. Ia mencengkram kedua sisi bahu Seongwoo, membuat pemuda Ong itu mengangkat kepalanya.

"Maaf ya, gara-gara gua maksa lo cerita" sesalnya.

Seongwoo malah tersenyum. "Santai aja kali, gua gapapa kok"

Anak ini.

"Gapapa gimana? Mata lo bengkak gitu! Lo nangis?"

Seongwoo mengangguk pelan lalu menunduk, takut kena semprot Daniel lagi.

"Jangan gitu dong, kesannya gua kayak nakutin banget" kata Daniel.

"Tapi kan emang nakutin" omel Seongwoo.

Daniel tertawa. "Maaf deh maaf"

"Yaudah deh, lo mau kemana? Gua traktir seharian penuh deh" tawar Daniel.

Wajah Seongwoo langsung berseri. "Beneran??"

Daniel mengangguk-angguk lucu.

"Makasih Daniel-Hyung!!" Teriak Seongwoo lalu langsung berlari ke kamar mandi.

Daniel tertawa geli melihat kelakuan Seongwoo yang masih terlihat kekanak-kanakan. Bagaimana tidak menggemaskan? Pemuda itu masih menggunakan piyama biru mudanya dan rambutnya juga masih acak-acakan.

Dan disaat itu juga, Daniel merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

~TBC~

Ehe

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang