|Fourty One| Goodbye Days

500 79 7
                                    

Di siang hari ini, Seongwoo tak juga berhenti bekerja. Selagi dosen Kwon menjelaskan mata kuliah yang ia tinggalkan selama berhari-hari, tangannya terus bergerak menulis sesuai apa yang ia dengar di buku catanannya.

Ia melirik ke ponselnya yang tergeletak di atas meja, ia merasa bahwa ponselnya baru saja berdering. Diam-diam, Seongwoo mengambil ponselnya untuk sekedar mengeceknya. Wajah rupawan Eunwoo tiba-tiba muncul di layar ponselnya, pertanda pemuda itu menghubunginya. Seongwoo melirik ke arah dosen Kwon yang masih sibuk menerangkan materi. Ia menggeser gambar telepon berwarna merahㅡmenolak panggilan masuk dari adiknya kemudian menyetel ponselnya dalam mode senyap.

Sepanjang waktu, perhatiannya teralihkan dengan Eunwoo yang terus menghubunginya. Tanpa pikir panjang, ia membalikkan ponselnya kemudian kembali mendengar penjelasan dosen Kwon.

Tak lama kemudian, kelas tambahan Seongwoo pun selesai. Beberapa mahasiswa yang juga mengikuti kelas tambahan pun satu persatu mulai bepergian meninggalkan kelas, sama halnya dengan Seongwoo. Ia pergi meninggalkan kelas dan bergegas pergi ke cafè milik Minhyun untuk bekerja.

"Seongwoo!"

Seongwoo yang merasa terpanggil pun menengok, dia menemukan sosok Hyunjin yang berlari menghampirinya dengan tas gendongnya yang tersampir di bahu kirinya.

"Mau ke cafè?" Tanya Hyunjin.

Seongwoo mengangguk, "Kenapa?"

"Ayo bareng, gua bawa mobil kok" ajak Hyunjin.

▪■Stand By■▪

"Silahkan ditunggu pesanannya.."

Seongwoo mengulas senyum termanisnya teruntuk seorang pelanggan yang baru saja memesan segelas frappuccino. Ia sedikit menghapus peluh yang membasahi pelipisnya.

Sore ini adalah sore hari yang cukup sibuk. Tidak seperti biasanya, banyak pelanggan berdatangan mengunjungi cafè Hermosa yang dikelola oleh Hwang Minhyun. Beruntung, Seongwoo berpindah tugas. Setidaknya menjadi bagian kasir bukanlah hal yang menyulitkan bagi Seongwoo dengan kakinya yang masih cedera. Dibanding ia menjadi bartender yang mrngharuskannya berjalan kesana-kemari dengan cekatan.

"Selamat sore, apa yang ingin anda pesan?" Sapa Seongwoo, masih dengan senyuman manisnya.

Ia menekan monitor sesuai dengan apa yang tadi disebutkan oleh sang pembeli. Bekerja di bagian kasir itu cukup menyenangkan bagi Seongwoo. Ia dapat membuat orang lain tersenyum hanya dengan sapaan singkat dan senyumannya. Selebihnya, ia hanya berdiri dibalik meja kasir dan membuat pesanan sesuai apa yang disebutkan oleh pelanggan.

Lama-kelamaan, hiruk pikuk cafè Hermosa mulai berhenti. Tak seramai tadi, kini hanya ada sebagian anak muda yang berkumpul dan bercengkerama. Dengan begitu, Seongwoo bisa beristirahat sebentar. Ia mendaratkan pantatnya di bangku tak jauh dari tempatnya berdiri. Kaki kanannya terasa pegal karena menahan beban yang lebih berat dibanding sebelumnya.

"Seongwoo, kakimu sakit gak?"

Boo Seungkwan, yang notabenya adalah teman seperjuangan Seongwoo pun berjalan mendekati temannya itu. Ia terlihat khawatir.

Seongwoo menggeleng, "Gak apa-apa. Cuma pegel dikit,"

"Kalau kamu capek, aku gantiin. Kamu istirahat aja dulu" kata Seungkwan bersikeras.

"Serius, aku gak apa-apa" ucap Seongwoo bersikeras juga.

Seungkwan mendesah kecewa, ia kemudian turut duduk di sebelah Seongwoo, "Ngomong-ngomong, tadi Hp-mu bunyi terus"

"Serius? Kenapa kamu nggak bilang?"

Seungkwan berdecak kesal, "Kan tadi kamu sibuk, aku juga sibuk"

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang