|Sixteen| Sweet Lies

598 111 8
                                    

Daniel mengusap wajahnya kasar setelah mendengar penjelasan penuh dari Samuel. Benar-benar dari awal sampai akhir. Samuel sebenarnya sudah datang bahkan sebelum Seongwoo datang, tentunya ia mendengar semua percakapan antara Seongwoo dan Jihoon. Merasa ada yang salah, Samuel memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Daniel.

Menyakitkan memang. Tetapi itu lebih baik dibanding Daniel akan mengetahuinya sendiri, bukan?

Sedangkan Daniel hanya bisa pasrah. Kecewa? Tentu. Namun, ia bisa apa? Dia tidak mau menyakiti Seongwoo.

"Menurut gua.." Samuel mengambil nafas, "Sebenarnya gua gak sepenuhnya yakin sama apa yang tadi gua denger. Tapi, gua akui, Seongwoo keterlaluan. Banget. I mean, apa dia bener-bener harus bohong sama lo tentang 'Segalanya'? Tapi disisi lain, lo juga nggak seharusnya ngambil jalan kasarㅡ"

"ㅡWalaupun disuruh ambil jalan kasar, gua juga gak akan mau." Potong Daniel sambil menunduk.

"Gua bisa maklumin kok, ya.. mungkin dia belum sepenuhnya percaya sama gua.." lanjutnya.

"Sekarang, apa yang bakal lo lakuin?" Tanya Samuel.

Daniel mengangkat kepalanya, "Ketika lo suka atau bahkan jatuh cinta sama seseorang secara berlebihan, dan pada kenyataannya dia ngebohongin lo, apa yang bakal lo lakuin?" Tanya Daniel balik.

Samuel bungkam, tak tahu harus menjawab apa. Ia belum pernah berada di posisi Daniel, dan belum pernah mengalami 'permasalahan' seperti Daniel juga.

Samuel berdeham, "Ya.. Terus Lo mau diem aja kayak kambing conge? Lo mau terus-terusan pura-pura kayak orang bego??"

"Iya!" Daniel berdiri dan menggebrak mejanya. Beruntung kini Food court sudah sepi.

"Pokoknya, gua gak mau nyakitin dia! Gua gak mau ngebales dia sebagaimana dia bohong ke gua! GUA.GAK.MAU"

Daniel pergi begitu saja, meninggalkan Samuel dengan keterkejutannya. Masa bodoh apakah Samuel menyebut Seongwoo jahat, bajingan, pembohong, atau yang lainnya. Daniel tidak peduli selagi ia bisa menyembunyikannya dari Seongwoo.

Rasa kesal dan emosi menguasai Daniel, membuat wajah pria itu terlihat memerah dan tangannya mengepal sempurna. Ia menyetir mobilnya hendak pulang, ia mencengkeram stir dengan keras hingga buku-buku jarinya memutih. Daniel tak tahu dimana ia bisa melampiaskan emosinya, yang pasti bukan ke Seongwoo.

Beruntungnya Daniel sampai di rumah dengan selamat setelah tadi mengendarai mobilnya dengan gila-gilaan. Ia menetralkan nafasnya sebelum masuk ke rumah, berjaga-jaga jika Seongwoo sudah pulang.

Dengan perlahan Daniel beranjak masuk ke rumah. Tujuan pertamanya adalah ke kamar Seongwoo, untuk mengecek apakah pria itu sudah pulang ke rumah atau belum.

"Dia ngapain sih sampe jam segini?" Gumam Daniel sambil melirik ke jam yang menggantung di dinding kamar Seongwoo yang kosong;Seongwoo belum pulang.

▪■Stand By■▪

Bambam melirik ke arah Jihoon, lalu ke Seongwoo secara bergantian. Ia menyenderkan bahunya.

"Kenapa, gan? Tumben kesini." Tanya Bambam.

"Ada hal penting yang perlu gua tanyain ke lo." Jawab Jihoon, lalu menengok ke Seongwoo.

"Apaan?" Sahut Bambam.

"Sebelumnya, kenalin dulu. Dia Ong Seongwoo, temen gua. Dia mau nanya sesuatu sama lo." Jihoon memperkenalkan Seongwoo.

"Ong Seongwoo.." Seongwoo membungkuk sopan.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang