|Fourty| Their Discussion

387 65 8
                                    

Ini gila, tolong jangan ikutan gila kayak aku
.
.
.
.

"Halo.. kamu dimana? .... aku masih di kampus .... bisa anterin aku pulang nggak? Aku gak bawa motor tadi .... kamu udah gak ada jadwal? Aku juga! ... Ok-ok makasih .... te amo!"

Daehwi memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya kemudian mempercepat langkahnya menuju parkiran. Ia berhenti ketika melihat sosok yang sedari tadi ia cari-cari.

"Eh, Seongwoo. Dari mana aja? Gua cariin" sapa Daehwi ketika melihat sosok Seongwoo yang baru keluar dari tempat persemayaman favoritnya.

"Dari perpustakaan," jawab Seongwoo.

Daehwi mengangguk paham, "Sekarang mau kemana?"

"Mau balik," jawab Seongwoo lagi.

Daehwi melirik kaki Seongwoo yang masih diperban, "Lo yakin mau pulang sendiri?"

Seongwoo menatap Daehwi aneh, "Maksud gua balik ke kelas, gua ada kelas tambahan"

"Ooh, bilangnya yang jelas dong!"

"Lo aja yang bego"

Daehwi memutar bola matanya malas, "Yaudah kalau gitu, Gua duluan ya,"

"Loh?" Seongwoo terlihat bingung, "Tumben langsung pulang,"

"Capek banget gua, pengen rebahan" jeda Daehwi, "Lo gak apa-apa kan pulang sendiri?"

Sekarang giliran Seongwoo yang mengangguk, "Gak apa-apa kok, hati-hati dijalan"

"Hati-hati juga" pamit Daehwi.

▪■Stand By■▪

"Kayaknya lo harus jadi pemain di film Bird Box deh, telinganya tajem banget kenapa sih,"

Daniel memijat pangkal hidungnya, pusing mendengar celetukan receh nan tidak berbobot dari Samuel. Tampaknya pemuda Kim itu sedang sedikit tidak waras sekarang.

"Serius dah, Sam. Seongwoo udah mulai masuk, tapi daritadi gua nggak liat." Kata Daniel lagi.

"Ya terus?" Tanya Samuel, yang lebih terdengar seperti menantang. Daniel diam, mengalihkan atensinya ke ponsel.

"Tsaaahhh, gengsi" sahut Samuel. Sambil menjulurkan lidahnya iseng.

Daniel menatap Samuel tajam, "Heh Bajinganㅡ"

"Ssshh!" Samuel menutup mulut Daniel, "Ditahan dulu mas, emosinya. Ada yang telepon nih," ucapnya. Ia kemudian berbalik sebelum menerima telepon tersebut.

'Halo..' terdengar sapaan yang lembut di seberang sana.

'Iya, kenapa?'

'Kamu dimana?'

'Aku di kafetaria 2, kamu sendiri dimana?'

'Aku masih di kampus'

'Ooh. Kenapa nelepon?'

'Bisa anterin aku pulang nggak? Aku gak bawa motor tadi' suara itu terdengar memohon, Samuel tidak tahan untuk tidak tersenyum.

'Kamu mau pulang kapan? Kelasku udah selesai nih'

'Kamu udah gak ada jadwal? Aku juga!' Ia memekik senang, membuat Samuel terkekeh kecil.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang