|Seventeen| Signs

626 119 6
                                    

Daniel mengetuk-ketuk meja belajarnya dengan jari-jarinya, serta tangan kirinya menopang dagu. Tiba-tiba dia kepikiran sama omongan Samuel kemarin.

"Salah gak sih, kalau gua bohong ke dia juga?" Monolog Daniel.

Daniel memang tidak ingin membohongi Seongwoo. Tetapi, di sisi lain, dia juga tidak ingin Seongwoo mengetahui fakta bahwa Daniel sudah mengetahui kebohongannya. Tidak ada cara lain selain menyembunyikan semuanya dari Seongwoo, dan berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa. Tetapi, bukankah itu termasuk berbohong juga?

Setelah sekian lama berpikir. Daniel pada akhirnya memutuskan untuk berusaha bersikap biasa saja di hadapan Seongwoo, serta kembali menjadi Daniel yang dingin seperti dulu kala. Dan mungkin ia akan memperhatikan gerak-gerik pria itu. Mungkin juga akan ada sedikit sandiwara nantinya. Toh, jika memang Seongwoo belum bisa percaya sepenuhnya kepadanya, ia bisa lebih menyakinkan Seongwoo. Daniel bisa berjuang, Daniel sanggup menunggu, dan Daniel siap bertahan.

Mungkin dengan cara ini, perlahan namun pasti dapat mengikis rasa cinta Daniel terhadap Seongwoo.

Sementara yang sedang Daniel pikirkan;Ong Seongwoo tengah menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Perkataan Bambam kemarin kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

'..pertama, kalau dia suka sama lo, dia bakal lebih memperhatikan lo dibanding orang lain..'

Dan kini disinilah Seongwoo, dengan rambut yang sengaja ia buat berantakan dan piyama biru yang masih melekat di tubuhnya, dua kancing teratas ia biarkan terbuka. Sumpah, Seongwoo merasa sangat tidak nyaman dengan rambutnya. Semalas-malasnya Seongwoo sebagai seorang laki-laki, Ia tidak pernah membiarkan dirinya seberantakan ini.

Oh, masa bodoh. Ini demi kebaikkan dirinya sendiri dan juga Daniel.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Daniel. Menatap pintu kamar Daniel sebentar sebelum kemudian mengetuk pintu itu dengan tidak sabaran.

"DANIELL!!" Panggil Seongwoo keras-keras.

Tak perlu menunggu lama, sang pemilik kamar pun membuka pintu.

"Apaan?" Tanya Daniel, ia memperhatikan makhluk adam di hadapannya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan aneh.

"Lo abis kena angin topan atau gimana?" Celetuk Daniel heran.

"Mandi sana" suruh Daniel, lalu berjalan melewati Seongwoo begitu saja.

Seongwoo menghela nafas sebelum mengekori Daniel. Pemuda Kang itu pergi ke dapur untuk melihat isi kulkas, hendak memasakkan sarapan untuk Seongwoo.

"Mau ngapain?" Tanya Seongwoo.

Daniel menengok, "Ngapain lagi? Ya masak lah"

'..Kedua, dia akan berusaha nurutin semua kemauan lo sebisa mungkin..'

"Tapi gua lagi pengen Mcd tau" ujar Seongwoo.

"Masih pagi, lo udah pengen Mcd aja" omel Daniel.

Seongwoo terkekeh, "Tuh delivery aja pake Hp gue" titah Daniel sambil menunjuk ke arah ponselnya yang tergeletak di meja.

"Pengen makan disana, gak mau delivery."

"Gabut lo, sumpah, gabut" Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan Seongwoo.

"Loh, emangnya kenapa??" protes Seongwoo.

"Udah buruan Delivery aja, bacot banget dah buset." Daniel mengambil ponselnya kemudian memberikannya ke Seongwoo.

Seongwoo cemberut, "Sekarang delivery aja dulu. Nanti siang kita pergi ke Mall bareng Samuel sama Woojin" ujar Daniel, seketika senyum Seongwoo langsung merekah.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang