|Twenty One| Is it wrong if i'm angry?

558 111 2
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Daniel menunggu Seongwoo datang ke mobilnya. Ia beberapa kali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah sore hari tetapi Seongwoo belum datang juga. Padahal Seongwoo sudah bilang bahwa kelasnya akan berakhir sekitar jam 3 sore. Tetapi, bahkan, sampai kini Seongwoo belum juga memunculkan batang hidungnya walaupun ini sudah hampir jam 4 sore.

Daniel mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobilnya yang diketuk dan menemukan sosok Samuel disana. Ia menurunkan kaca jendelanya.

"Tumben belum pulang," sapa Samuel.

"Lagi nungguin Seongwoo. Lo juga, tumben masih disini, biasanya bareng Woojin" sahut Daniel.

"Si bangsul udah duluan bareng Jihoon. Ngomong-ngomong, emangnya Seongwoo ada kelas?" Tanya Samuel.

Daniel mengidikkan bahunya, "Katanya sampe jam 3 doang, lo gak ngeliat?" Tanya Daniel balik.

Samuel tampak mengingat-ingat, kemudian ia menggeleng, "Seinget gua, tadi cuma ada mahasiswa fakultas Ilmu komputer dan Teknologi Informasi yang lagi ngerjain projek short film mereka" jelasnya.

Daniel mengangguk paham. Lantas, kemana perginya Seongwoo sekarang??

"Gua duluan ya, mau ke cafè Adiós." Pamit Samuel, Daniel mengangguk.

Samuel berjalan menuju gerbang. Entah kenapa rasanya hari ini dia males banget ngebacot. Apalagi Woojin malah duluan sama Jihoon, membuat Samuel harus pulang sendiri karena motornya dipinjem Woojin.

Untuk mengusir kegabutannya yang berlebih, Samuel memilih untuk pergi ke cafè terdekat dari kampusnya. Adiós Cafè, cafè yang menjadi tempat terfavorit anak muda buat nongki-nongki sambil menikmati segelas kopi. Tempatnya yang nyaman dan terlihat aesthetic, ditambah bioskop mini dan wifi gratis yang disediakan disana menjadi poin tambahan yang membuat banyak mahasiswa yang memilih untuk menghabiskan waktu mereka disana selama berjam-jam walaupun hanya memesan segelas air putih.

Samuel melangkah menuju meja di spot kesukaannya, tepat di dekat jendela besar yang menampilkan suasana padat kota Busan sehari-hari. Sekaligus memancarkan cahaya matahari senja. Ia duduk disana kemudian mengeluarkan laptop miliknya.

"Samuel!"

Samuel menengok dan menemukan sosok yang sedang dicari-cari Danielㅡiya, itu Seongwoo.

Seongwoo berjalan mendekat kemudian duduk di bangku di hadapan Samuel. Samuel menatap sosok lain yang mengekor di belakang Seongwoo, pria itu terlihat asing.

"Kenalin, ini Mark Lee. Dia pindah sekitar dua minggu yang lalu, iya kan?" Tanya Seongwoo memastikan, Mark mengangguk.

"Nah, Mark, kenalin dia Kim Samuel. Babu gue sejak jaman Jahiliah" celetuk Seongwoo asal yang kemudian membuahkan sebuah pukulan sadis dari Samuel.

"Lo kok belum pulang?" Tanya Samuel bingung.

"Gua sama Mark lagi ngobrol-ngobrol sebentar" jawab Seongwoo, "Kebetulan gua liat lo dateng, jadi gua samperin deh" tambahnya.

"Danielㅡ"

"Mark, gua mau lanjutin cerita yang tadi. Tapi ada Samuel, gimana?" Tanya Seongwoo sambil memberi kode ke Mark.

"Kasih tau aja kali, dia kan temen deket lo juga" saran Mark, Seongwoo mengangguk setuju.

"Emang kalian ngobrolin apaan sih?" Sahut Samuel, yang semakin bingung.

"Gua tuh lagi mempererat pertemanan gua sama Mark, tapi kebablasan sampe cerita masalah hidup. Tapi bodo amat lah, kan sesama temen harus saling jujur" jelas Seongwoo sambil ber-tos ria dengan Mark.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang