|Twenty Three| He's Gone

550 102 6
                                    

Matahari terbit dari memancarkan sinar hangatnya, burung-burung berkicauan saling bersahutan, aroma embun pagi yang menenangkan mengkuar. Kalau dilihat-lihat, suasana di pagi hari ini terpantau cukup cerah.

Sayangnya, tidak bagi Ong Seongwoo.

Seongwoo bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk, Ia mengedipkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Seongwoo memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pening entah karena apa. Mungkin ini efek karena ia terlalu banyak menangis semalaman.

Seongwoo melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya ke ruang tengah yang terlihat sangat sepi. Ia melirik melihat jam dinding, biasanya jam segini Daniel sudah duduk anteng di depan televisi untuk menonton acara olahraga kesukaannya. Tetapi sekarang bahkan lampu-lampu pun belum dinyalakan.

Seongwoo berjalan ke arah dapur, lagi-lagi ia tidak menemukan sosok Daniel. Perasaannya mulai berubah tidak enak, ia pergi ke ruang tamu, taman belakang, dan bahkan ke lantai atas. Tetapi Seongwoo belum juga menemukan Daniel dimanapun.

Pasrah, Seongwoo menghela nafas. Kini ia berdiri tepat di hadapan pintu kamar Daniel yang masih tertutup. Pintu yang dihiasi dengan stiker Avengers dan juga papan nama bertuliskan 'Kang Daniel' yang bertengger disana. Seongwoo mengetuk pintu kamar Daniel pelan.

"Daniel.." panggil Seongwoo.

"Daniel, lo di dalem kan??"

"Denger, gua bener-bener minta maaf tentang tadi malem. Gua tau lo di dalem, tolong keluar, ada beberapa hal yang harus gua lurusin disini.."

Masih sama, tidak ada jawaban.

Seongwoo memutuskan untuk membuka pintu kamar Daniel. Betapa terkejutnya ia karena pintu itu ternyata tidak dikunci. Kamar itu terlihat berantakan serta gelap, dan..

Tidak ada Daniel disana.

"Daniel?! Lo dimana??" Panggil Seongwoo panik. Tambah panik saat melihat lemari pakaian Daniel yang terbuka lebar dalam keadaan kosong, ditambah dengan koper Daniel yang tidak ditemukan dimana-mana.

Seongwoo menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Gak, gak mungkin. Daniel! Lo disini kan?! Jangan sembunyi!"

"Daniel!!"

Seongwoo mengacak kasur Daniel, mengacak-acak seisi kamar Daniel dan membuat kamar itu lebih berantakan dari sebelumnya. Air matanya membendung membuat pandangannya memburam. Seongwoo kalang kabut. Jantungnya berdebar dengan cepat dan darahnya berdesir.

"Daniel! Jangan bercanda!"

"Kang Daniel.."

Otot-otot kaki Seongwoo seketika lemas, ia terduduk di lantai kamar yang dingin, dan bersender ke ranjang Daniel. Pikirannya berkecamuk dan kehawatirannya membuncah. Jangan lupakan rasa bersalah yang semakin membuat suasana hatinya tidak nyaman. Perlahan, air matanya mulai merembes membasahi pipinya. Ia melipat kakinya, memeluk lututnya, kemudian menangis disana. Bahunya bergetar hebat berusaha menahan isak tangis yang keluar walaupun sia-sia. Bayang-bayang wajah Daniel mulai menghantui pikirannya.

"Gak mungkin, kan, kalau Daniel pergi?... ini kan r-rumah dia.." gumam Seongwoo sambil sesegukan.

"Udah! Gak usah nangis, cengeng banget sih!" Sentak Seongwoo pada dirinya sendiri. Ia memukul-mukul kepalanya, menampar pipinya sendiri, serta menarik rambutnya sampai berantakan.

Percuma, air matanya tidak bisa berhenti.

Benar apa kata orang. Konon katanya,  Tidak ada yang lebih mengerikan dibanding kecewanya orang setia, diamnya orang humoris, terlukanya orang peduli, dan marahnya orang sabar.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang