|Thirty Four| Daniel and His Mom

471 81 5
                                    

Seiring dengan terbitnya sang surya, Seongwoo sudah sibuk seperti seorang Ibu yang tengah menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Ia mengambil beberapa helai roti untuk ia olesi dengan selai cokelat. Tak lupa menyiapkan dua cangkir teh hangat untuknya dan Jimin serta segelas susu untuk Eunwoo. Ia membawa semua itu dengan nampan dan meletakkannya di meja makan.

Sementara Seongwoo sibuk menyiapkan sarapan, Jimin dan Eunwoo asyik berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, Seogwoo tidak tahu. Yang pasti, ia yakin, Jimin akan meracuni Eunwoo dengan bisikan-bisikan setannya.

Jimin tersenyum jahil, "Aduh-aduhh, seorang seme yang baik"

"Bacotmu!" Sinis Seongwoo.

Eunwoo menatap keduanya dengan polos, "Jim, seme tuh apa
"Seme ituㅡ"

"Heh!" Seongwoo melempar Jimin dengan sebuah sendok kayu, "Eunwoo masih polos! Jangan kamu racunin!"

Jimin mendecih, "Halah, masih polos kok udah punya pacar,"

"Daripada kamu, udah otaknya mesum, jomblo pula" hujat Seongwoo lalu tertawa jahat.

"Apasih? Eunwoo udah putus kok"

"Hah?" Sahut Seongwoo dan Jimin bersamaan.

"Eunwoo udah putus," ucap Eunwoo lagi.

"Kapan putusnya??" Tanya Seongwoo.

Eunwoo tampak mengingat-ingat, "Belum lama sih,"

"Kok bisa putus??" Tanya Jimin.

"Sowon ngira Eunwoo selingkuh sama Eunha, padahal enggak," jelas Eunwoo singkat.

Seongwoo mengusap wajahnya kasar, "Haduh, dek. Habis ini Abang kena marah Bang Minhyun,"

"Yaudah, Eunwoo aja yang bilang ke bang Minhyun. Ntar, Eunwoo ikut Abang ke Busan ya! Pleasee!!" Pinta Eunwoo sambil memeluk kakaknya manja.

Seongwoo mengangguk, "Iya-iya"

Sementara itu, Jimin geregetan sendiri, "Anjeerrrr anjer anjer seme nya kelewat baik"

"Tau ah, laper" Seongwoo pun duduk di kursi kemudian mulai melahap rotinya.

"Jim, seme itu apa?"

"Seme itu..."

Kali ini Seongwoo tidak memprotes Jimin yang sepertinya akan menjelaskan suatu hal yang buruk kepada Eunwoo. Pemuda Park itu akan benar-benar meracuni Eunwoo dengan otak kotornya. Tetapi Seongwoo terlalu malas untuk memikirkan bacotan Jimin, otak mesum, atau apalah itu namanya.

Tiba-tiba Seongwoo teringat pada Daniel.

Biasanya, di pagi hari, Seongwoo akan membangunkan Daniel dengan hebohㅡkarena Daniel itu sangat sulit dibangunkan. Dan Daniel akan memasakkan nasi goreng yang menjadi makanan kesukaan Seongwoo dalam waktu singkat. Rutinitas yang tidak direncanakan itu terus berjalan secara alami. Seongwoo dan Daniel sama sekali tidak keberatan.

Rasa rindu itu kembali datang, menyerang Seongwoo bagai pisau yang diasah dengan tajamnya. Seongwoo tak tahu sampai kapan rasa yang mengerikan ini menghantuinya. Yang jelas, Seongwoo membencinya.

▪■Stand By■▪

Daniel bersenandung ria mengikuti irama musik yang didengarkannya lewat earphone. Dia menunggu seseorang di depan rumah lamanyaㅡalias rumah yang kini ditempati oleh Seongwoo, dengan bermodalkan kata-kata yang sudah ia rangkai terlebih dahulu, tak lupa do'a yang sejak tadi ia panjatkan.

Tak lama kemudian, sebuah Taxi berhenti di sisi jalan. Tanpa pikir panjang, Daniel langsung menghampiri Taxi tersebut. Ia membantu seorang wanita yang sudah cukup berumur yang keluar dari Taxi itu.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang