|Twelve| Take care of Daniel

743 125 16
                                    

"Fudanshi?"

"Iya, sebutan buat laki-laki yang suka hubungan special antar pria" jawab Daniel, Samuel mengangguk paham.

"Tapi..." jeda Daniel, "Akhir-akhir ini gua jarang bareng sama Seongwoo lagi. Dia bilang katanya dia lagi sibuk lah, adiknya lagi sakit lah, ada pelajaran tambahan lah, ada banyak tugas lah. Dan karena itu dia selalu pulang malem-malem. Barusan juga lo liat kan Seongwoo pulang?" Samuel mengangguk.

"Katanya adiknya sakit, kasian karena dia tinggal sendirian di apartemen.." jelas Daniel, Samuel kembali mengangguk.

"Jujur gua nggak tahu kenapa gua merasa sedih setiap kehilangan kesempatan buat ada di samping dia. Gua nggak bisa jahilin dia, gangguin dia, bikin dia kesel, bikin dia ketawa, dan lain-lain. Gua perlahan sadar bahwa pandangan gua ke dia mulai berubah.. dan sejak itu gua mulai khawatir dan curiga kalau gua beneran suka atau bahkan jatuh cinta sama dia.."

Daniel mengadahkan kepalanya guna menghalau air mata yang hampir jatuh, tangannya mulai bergetar. "Gua khawatir, gua takut lo dan yang lain bakal malu dan mulai ngejauhin gua,ㅡtermasuk dia juga. Gua jadi kayak gini bukan atas dasar kemauan gua sendiri, gua juga nggak pernah mau sexual orientation gua jadi kayak gini.. guaㅡ"

Samuel memeluk erat Daniel yang terlihat sudah mengucurkan air mata, rasa bersalah muncul di hatinya begitu saja setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Daniel. Ia kemudian menepuk punggung Daniel pelan, "Udah jangan nangis. Gua jadi merasa bersalah tau"

"Gak usah takut, Niel. Bagaimanapun, lo tetep saudara gua kok."

"T-tapi tetep aja gua takut, Sam. Gimana kalau Seongwoo dan yang lain jijik sama gua??" Tanya Daniel sesegukan, wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher saudaranya.

"Kalau mereka bener-bener sahabat lo, setidaknya mereka akan berusaha buat ngertiin lo walaupun.." Samuel memghentikan penuturannya, Hatinya teriris melihat Daniel yang mendadak menjadi terlihat lemah dan kebingungan, dia belum pernah melihat Daniel seperti ini sebelumnya.

Satu hal yang dapat Samuel simpulkan, bahwa Daniel benar-benar sedang tidak bercanda.

Daniel mengangkat kepalanya menatap lekat kedua mata Samuel, "Gua harus gimana, Muel?.." Daniel mendesah pasrah. Samuel menatap Daniel iba.

"Gua nggak mau terus-menerus kayak gini.."

▪■Stand By■▪

Sedari tadi Samuel masih setia mengenggam tangan Daniel yang terasa dingin dan bergetar. Daniel  selalu terkena serangan panik ketika merasa sangat ketakutan, dan sekarang dia mengalami serangan panik yang membuat jantungnya berdetak luar biasa cepat dan juga kesulitan bernafas. Dadanya nyeri dan sekujur tubuhnya bergetar serta mengeluarkan keringat berlebih.

"Tenang Niel, tenang. Tarik nafas.." Samuel masih terus berusaha menenangkan Daniel yang mengalami serangan panik sejak 15 menit yang lalu.

"Mau ke dokter?" Tawar Samuel, Daniel menggeleng kaku.

"Lo bawa obat?" Tanya Samuel, lagi-lagi Daniel hanya menggeleng.

"O-obatnya ada di rumah.." ucap Daniel pelan.

Samuel mengangguk, "Yaudah sekarang gua anter lo pulang ya, ke bioskopnya kapan-kapan aja" katanya.

Daniel mengangguk sembari berusaha menetralkan pernafasannya yang terasa sesak. Samuel memakaikan seat belt Daniel sebelum melajukan mobilnya. Salah satu tangannya masih menggenggam kedua tangan dingin Daniel dengan khawatir, sesekali mengusap pelan telapak tangan pemuda itu dan berharap usapan demi usapannya dapat membuat pemuda itu tenang.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang