|Thirty Six| Hopeless

469 85 14
                                    

Daniel menggenggam tangan Seongwoo dengan erat, ia turut berlari seiring dengan dilarikannya Seongwoo ke UGD. Mulutnya komat-kamit membacakan do'a untuk keselamatan Seongwoo. Pria itu sudah kehilangan kesadarannya sejak beberapa menit yang lalu, hal itu membuat Daniel panik bukan kepalang.

Tiba-tiba seorang suster menghadangnya, "Maaf, anda tidak boleh masuk,"

Daniel menghela nafas kecewa lalu duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Ia merogoh sakunya guna mengambil ponselnya dan segera menelepon Samuel.

Selepas mengabari Samuel, Daniel kembali menunduk. Pria itu bilang ia akan sampai dalam 10 menit. Dan bagi Daniel, dalam situasi menegangkan seperti ini, 10 menit bukanlah waktu yang singkat. Entah mengapa waktu terasa berjalan begitu lambat.

Daniel menggigiti kukunya gelisah. Ia terus mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Demi tuhan, Daniel ingin sekali berhenti. Namun, apa boleh buat. Sebuah keputusan bulat sudah ia buat. Dan sialnya, keputusan ini membuat dirinya tersiksa. Bukan hanya dirinya, mungkin Seongwoo pun turut merasakan akibatnya.

Beberapa menit berlalu dengan kesunyian seorang Kang Daniel di tengah-tengah hiruk pikuk rumah sakit. Tak lama kemudian, sosok yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Samuel berlarian sepanjang lorong rumah sakit, diikuti seseorangㅡyang tidak Daniel kenalㅡmengekor di belakangnya.

"Seongwoo gimana? Gimana ceritanya? Lo gak apa-apa kan?" Tanya Samuel panik.

Daniel pusing. Dia sudah panik sejak tadi, pikirannya sama sekali tidak tenang, ditambah Samuel yang mengepungnya dengan banyak pertanyaan. Rasanya kepala Daniel mau pecah.

"Gua salah, Sam. Dia kecelakaan gara-gara gua," lirih Daniel.

Ia mengangkat kepalanya guna melihat Samuel secara langsung, "Seongwoo ada di dalem. Gua pergi dulu. Kalau dia nanya siapa yang nolongin dia, bilang aja orang lain."

Daniel bangkit dari duduknya dan beralih ke seorang suster yang baru saja keluar dari Unit Gawat Darurat, "Berikan dia ruangan VIP, pekerjakan dua orang penjaga di depan ruangannya. Saya yang membayar semuanya, dan Orang ini yang akan mengurus administrasinya.

Setelah mengatakan serentetan kalimat kepada suster tadi, Daniel berjalan melewati Samuel begitu saja, seakan tidak mendengar panggilan Samuel. Kalau boleh jujur, Samuel merasa begitu geram. Namun rasa kesalnya hilang seketika melihat penyesalan yang terpancar dari mata Daniel yang sudah memerah. Ekspresi wajah pria itu juga menyiratkan jelas kesedihan yang mendalam.

Orang yang mengekor di belakang SamuelㅡLee Daehwiㅡmenyikut lengan Samuel, membuat empunya menengok.

"Kamu susul Daniel. Aku punya firasat buruk kalau kamu gak nemenin dia," bisiknya.

Samuel tampak mempertimbangkan, "Aku titip Seongwoo sama kamu, jangan lupa apa kata Daniel tadi. Telepon Jihoon, Hyunjin juga. Kabarin aku kalau ada sesuatu"

Daehwi mengangguk dan tersenyum, "Pasti,"

▪■Stand By■▪

Angin semilir sore hari ini berhembus meniup bunga Dandelion, udara sejuk di bawah pohon pinus yang rindang tampaknya tak dapat pula menyejukkan Daniel detik ini.

Ia berdiam diri di taman rumah sakit. Taman yang sepi dan hanya dikunjungi oleh beberapa pasien. Bangku tepat di bawah pohon pinus menjadi tempat merenungnya. Berharap suara gemersik dedaunan dapat menenangkan pikirannya.

Nyatanya tidak. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran, hatinya dikepung rasa bersalah, ia masih lemas karena melihat kejadian mengerikan beberapa saat yang lalu. Kejadian mengerikan yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Disebabkan oleh kecerobohannya, disebabkan oleh keegoisannya.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang