|Twenty Nine| Nope, I Was Wrong

544 105 9
                                    

Seongwoo menopang kepalanya dengan sebelah tangannya, sembari mengetuk-ketuk meja. Pandangan matanya jatuh ke arah Mahasiswa yang berlalu-lalang di koridor kelasnya. Masih memohon keajaiban, siapa tahu Daniel akan lewat sini sewaktu-waktu. Walaupun sebenarnya hanya ada sedikit kemungkinan. Area fakultas kebahasaan Internasional terletak agak jauh dari area fakultas Astronomi tempat dimana Seongwoo menimba ilmu saat ini. Satu-satunya alasan Daniel pergi kesini, pasti hanya untuk bertemu Seongwoo.

Setelah mendengar penuturan dari Pamannya kemarin, Seongwoo merasa mendapat sebuah motivasi untuk segera menemukan Daniel.

"DUARRR!!" Daehwi tiba-tiba mengagetkan Seongwoo dari belakang.

"MAMAH PUNYA ANAK!" Latah Seongwoo kaget. Sepersekian detik kemudian suara tawa Daehwi menggelegar.

"Ngapain sih? Gabut banget," protes Seongwoo geram.

"Lo yang ngapain. Dari tadi ngelamub terus, kenapa dah?" Tanya Daehwi penasaran. Ia duduk di bangku di depan Seongwoo dan menatap wajah Seongwoo dengan seksama.

"Cih, kepo" hujat Seongwoo.

"Nungguin siapa sih?" Tanya Daehwi lagi.

Sialan. Seongwoo lupa bahwa temannya yang satu ini bisa membaca pikiran seseorang.

"Manusia," jawabnya cuek. Ia kemudian bangkit dari bangkunya dan berjalan ke arah pintu. Meninggalkan Daehwi yang kebingungan.

"Woo!"

"Apaan?"

"Dari kemarin dicariin Mark," kata Daehwi.

Seongwoo berhenti di ambang pintu. Secara tidak langsung, Daehwi mengingatkannya tentang kesalahan terbesarnya. Iya, mempercayai orang yang baru saja ia kenal begitu saja dan berbohong kepada orang yang sudah bertahun-tahun mengenalnya. Sejujurnya, Seongwoo merasa agak muak mendengar nama yang tadi disebutkan Daehwi. Tapi, dia tidak bisa menyalahkan Mark. Ini kan memang murni kesalahannya, bukan Daniel, Mark, atau siapapun itu. Begitu, pikirnya.

"Itu, tuh! Mark!" Teriak Daehwi ketika sudut matanya tak sengaja menangkap sosok Mark yang tengah berjalan di koridor.

Seongwoo gelagapan. Tambah panik lagi ketika Mark mendengar teriakan Daehwi dan mulai berjalan menghampirinya.

"Hwi, anterin gua ke perpustakaan!" Ajak Seongwoo. Tanpa basa-basi, ia langsung menarik lengan Daehwi.

"Sakit, bangsat!" Protes Daehwi.

"Diem! Buruan anterin gua!" Bentak Seongwoo. Ia melihat Mark yang berlari mengejarnya. Otomatis, Seongwoo mempercepat langkahnya menjadi berlari, membuat Daehwi kesulitan menyesuaikan langkahnya dengan Seongwoo.

"Seongwoo! Daehwi!" Seongwoo mendengar suara Mark yang terus memanggilnya dari belakang.

"Ayo buruan!" Seongwoo menarik lengan Daehwi dan mempercepat larinya.

Setelah tak lagi mendengar suara Mark, Seongwoo menghentikan acara lari-lariannya. Sementara Daehwi dengan galaknya menarik paksa tangannya dari genggaman erat Seongwoo. Ia meringis melihat pergelangan tangannya yang memerah dengan bekas genggaman tangan Seongwoo yang terpampang jelas disana.

"Sakit, bego!" Protes Daehwi, "Kenapa sih?? Kasian tuh Mark, dia ngejar-ngejar"

"Mana Mark? Gua gak liat tuh," kata Seongwoo cuek sambil berpura-pura memperhatikan sekitarnya.

"Seongwoo!" Daehwi memutar badan Seongwoo menghadapnya.

"Apaan?!"

"Kalau bohong yang realistis dikit dong! Perpustakaan itu belok ke sebelah kiri, bukan ke sebelah kanan!" Hujat Daehwi.

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang