|Fourty Six| What A Mess

505 83 23
                                    

Air mata Seongwoo terus bercucuran tiada henti, jatuh membasahi selembar foto yang ada di genggamannya. Pikirannya sibuk mengupas satu persatu ingatan yang telah lampau. Rasa sakit yang teramat kembali hadir dan menyerangnya bertubi-tubi. Tidak, rasa sakit ini rasanya berkali-kali lipat lebih besar daripada sebelumnya.

Dalam genggaman tangannya yang gemetar, sebuah foto meruntuhkan benteng pertahanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam genggaman tangannya yang gemetar, sebuah foto meruntuhkan benteng pertahanannya. Membuatnya kembali meneteskan air mata. Pastinya foto itu bukanlah foto biasa, foto tersebut merupakan foto dimana Seongwoo dan Daniel tengah pergi berkeliling kota. Seongwoo ingat sekali, tempo hari itu Daniel ingin membuat Seongwoo merasa lebih baik karena waktu itu Seongwoo dihujani banyak sekali tugas. Mereka bepergian sampai malam, hanya berdua, dengan ponsel yang dinonaktifkan. Foto itu tampaknya diambil secara diam-diam, menampakkan sosok Seongwoo yang tengah mengambil gambar dengan kameranya. Itu adalah kali terakhir Seongwoo dan Daniel bepergian bersama, sebelum akhirnya Seongwoo melakukan sebuah kesalahan besar sehingga mereka tak lagi bersama sekarang.

Itu mengapa rasa sakit yang Seongwoo rasakan kali ini berkali-kali lipat lebih besar.

Tak hanya itu, di dalam kotak yang tadi ia temukan, terdapat beberapaㅡatau mungkin banyakㅡ foto-foto dirinya dan Daniel. Ada foto dimana ia merayakan ulang tahunnya bersama Daniel dan teman-temannya yang lain, ada foto ketika ia dan Daniel pergi berbelanja, ada foto ketika dirinya tertidur di mobil Daniel, ada foto ketika ia memeluk seekor anak anjing yang ia temukan di pinggir jalan, dan masih banyak lagi. Seongwoo mulai menyadari bahwa sebagian besar-atau tampaknya semua- foto yang ada disana diambil secara diam-diam, hal itu membuat hati Seongwoo semakin sakit sekaligus terharu. Terlebih lagi, secarik surat yang Seongwoo temukan dibalik tumpukan foto-foto penuh kenangan itu.

'..I know you never liked your photo I took without your knowledge. But these are my favourite, No posing, No make up. Just myself, falling in love..'

Tiga kalimat yang dituliskan oleh Daniel tampaknya benar-benar menjelaskan perasaannya saat itu.

"Jangan nangis lagi dong, please.. Woo, gua gak kuat liatnya" gumam Daehwi.

Seongwoo menoleh, "Gua bahkan gak inget hari ini gua ulang tahun, tapi dia inget.."

"Kenapa sih, Hwi, kayaknya ketemu sama gua tuh susah banget bagi dia?" lirih Seongwoo, "Kalau dia emang dia gak mau kembali ke hidup gua, seharusnya dia gak bikin gua berharap. Sesuka itukah dia nyiksa gua?"

"Gua masih berusaha kuat cuma demi nunggu dia, karena dia satu-satunya orang yang tahu seluk beluk hidup gua dan hanya dia yang bisa gua harapin sampai sekarang. Tapi apa? Rasanya gua pengen mati aja kalau gini caranya.."

"Jangan nangis dong, gua bingung nih mau ngapain"

Seongwoo menoleh, "Lo pulang aja, lagian, lo juga capek kan?"

"Pulang? enak aja. Kalau gua gak kepikiran sama lo juga gua udah pulang dari tadi. Ngantuk tau," Omel Daehwi.

"Udah pulang aja, gua gak apa-apa kok"

"Ndasmu gak apa-apa. Orang nangis gitu, nanti ujung-ujungnya lo ngelakuin yang nggak-nggak"

"Lo tuh, julid banget sih"

"Lagian lo kayak gitu sih"

Daehwi menggeser dirinya mendekati Seongwoo, "Gua tau hidup tuh rasanya berat banget buat lo akhir-akhir ini. Dan itu kenapa gua selalu ada di samping lo, siap sedia bantu lo kapanpun lo butuh gua. Lo gak boleh pesimis, disini ada gua, Samuel, Bang Minhyun, Hyunjin, dan masih banyak lagi yang senantiasa dukung lo"

"Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kamu jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit"

▪■Stand By■▪

Daniel mengacak rambutnya frustasi. Air matanya terus bercucuran membasahi lututnya yang ia gunakan untuk menopang kepalanya. Tubuhnya gemetar sementara guyuran air yang dingin dari Shower membasahi sekujur tubuhnya. Raungan dan isak tangisnya menggema di dalam kamar mandi.

Ia tidak mengerti. Ia tidak mengerti mengapa menemui Seongwoo terasa begitu sulit baginya. Rasa gengsinya semakin besar seiring berjalannya waktu, membawanya hanyut jauh dari Seongwoo. Bukannya tidak ingin bertemu, namun ia terlalu gengsi. Ambisinya untuk menghentikan serta menghapuskan rasa cintanya terhadap Seongwoo tidaklah sedikit. Menyadari bahwa orientasi seksualnya tidak normal atau bisa dibilang 'Menyimpang', Daniel rasanya ingin sekali berhenti mencintai Seongwoo. Sayangnya, ia tidak bisa.

Ia tidak mengerti bagaimana semuanya dapat terjadi selama ini. Dan ia tidak mengerti mengapa ia terus menerus bersikap gegabah. Hanyut terbawa keegoisannya dan pada akhirnya menghancurkan segalanya.

Ia tahu bahwa sebenarnya ia harus kembali kepada Seongwoo, mengingat ia telah menghancurkan hidup pria itu dan membuatnya kehilangan keinginan untuk terus menghirup udara kehidupan di Bumi. Seharusnya ia memohon maaf kepada pria itu. Namun, apa yang ia lakukan hanyalah terus menghindar, menghindar, dan menghindar. Hal ini membuatnya benar-benar merasa seperti seorang pengecut, meskipun sebenarnya ia tidak ingin disebut sebagai seorang pengecut.

Selangkah lagi, sedikit lagi, Daniel akan benar-benar berhadapan dengan Seongwoo jika saja ia tidak berlari menjauh dan bersembunyi dibalik pohon rindang sebelum Seongwoo sempat membuka pintu.  Daniel sangat amat menyesali perbuatannya karena lagi-lagi ia gagal dalam melawan keegoisannya. Dan sekarang, Daniel harus kembali mengenyahkan kekeras kepalaannya.

Ini aneh, pikiran dan gerak tubuhnya sama sekali tidak singkron. Daniel tidak ingin berlari, menjauh dari Seongwoo yang terus mengejarnya dibelakang. Daniel tidak ingin menghindar, seakan berlari dari kenyataan bahwa Seongwoo membutuhkannya. Meskipun hubungannya dengan Seongwoo hanyalah sebatas sahabat belaka, namun ia tidak tahu kenapa rasanya sakit sekali ketika ia tahu bahwa Seongwoo terus menerus membohonginya. Entah apakah karena ia terlalu berlebihan dan menganggap kebohongan Seongwoo terlalu serius, atau dirinya yang terlalu jauh jatuh cinta kepada pria itu.

Tetapi, yang jelas, Daniel harus menemui Seongwoo sebelum Sahabatnya itu melakukan sesuatu yang gila.

Secepatnya. Dan apapun caranya.

~TBC~

Maaf ya kalo agak gak nyambung atau gimana, soalnya aku rada gimana gitu. Dan chapter ini juga cuma nyampe 800+ words doang.

Paham tidak??? INI ADALAH GAMBARAN ONGNIEL YANG BERUSAHA AKU TUNJUKKIN KE KALIAN HUHU:(TENTANG DANIEL YANG SELALU MERHATIIN SEONGWOO DARI JAUH:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paham tidak??? INI ADALAH GAMBARAN ONGNIEL YANG BERUSAHA AKU TUNJUKKIN KE KALIAN HUHU:(
TENTANG DANIEL YANG SELALU MERHATIIN SEONGWOO DARI JAUH:(

[1] Stand By Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang