06

1.5K 176 1
                                    

Kim Minji terbangun dari tidurnya dengan mata yang terbuka lebar. Peluh keringat mengucur deras di dahi dan lehernya. Tenggorokan gadis itu kering kerontang seolah tidak ada aliran air yang melewati tenggorokannya selama berhari-hari. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia menatap langit-langit kamar temaram yang hanya dihiasi cahaya lampu tidur begitu redup dengan nafas tercekat dan paru-paru yang meronta meminta pasokan oksigen yang selama sepersekian detik tak mampu ia dapatkan. Tatapannya begitu kosong, Jiwanya seakan menghilang. Kenangan buruk yang setengah mati berusaha ia lupakan selalu menghantuinya. Tidak peduli akan waktu. Kenangan buruk itu selalu datang mengejarnya dikala ia bahagia atau telah melewati hari yang buruk. Kenangan pahit itu seolah tidak ingin dan tidak akan pernah memberikan kesempatan kepada Minji untuk bernafas lega. Minji telah melakukan berbagai upaya untuk melepas kenangan buruk yang bersarang di tubuhnya bagaikan jamur. Namun semua hal yang ia lakukan berakhir sia-sia, membuatnya menyerah dan menerima mimpi buruk menghantuinya setiap hari dengan hati yang telah banyak menerima goresan-goresan luka.

Seakan terbiasa dengan rutinitas yang selalu membangunkannya di penghujung malam, minji mengatur nafas untuk menenangkan kembali dirinya. Ia menyingkap selimut lalu bangkit dari ranjang menuju dapur demi melepaskan dahaga di tenggorokannya yang amat sangat kering dan membuatnya tersiksa.

Jam dinding mengeluarkan bunyi dentingan indah menandakan pukul tiga pagi tepat di saat Minji merasakan dahaga yang beberapa saat lalu menyakiti tenggorokannya telah menghilang.

Gadis yang tengah memakai piama tidur berbahan kain satin berwarna merah maroon dengan sedikit aksen renda yang mengelilingi area dadanya itu kembali menuju kamar. Menghempaskan tubuhnya di atas ranjang lalu kembali menyelimuti tubuhnya hingga bagian di atas dada. Kedua manik Minji terpejam namun kinerja otak tengah meliar hebat hingga membuatnya kembali terjaga dan kembali membuka kedua manik indahnya tersebut.

Gadis Kim tiba-tiba teringat pertemuan terakhirnya dengan Park Jimin. Dimana Jimin dengan seluruh sifat yang begitu arogan dan mendominasi itu dengan enteng dan tanpa beban memberitahu akan membuatnya menderita. Dengan segala penjelasan yang begitu abu-abu membuat minji berpikir apa yang ada dalam pikiran pria tersebut.

Park Jimin membencinya. Minji tahu betul, segalanya terlihat dari sorot mata tajam yang Jimin arahkan ke dirinya. Sorot mata kebencian yang dirinya pun tidak mengetahui apa penyebabnya.

Dan satu hal yang terus mengganggu pikiran Minji adalah persetujuan Jimin secara tiba-tiba untuk menikah dengannya. Minji ingat, pertemuan pertamanya dengan Jimin jauh dari kata baik-baik saja. Laki-laki itu mengeluarkan statement tegas-- menolak perjodohan diantara keduanya yang telah diatur oleh ayah Jimin. Di hadapan Minji, Jimin menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya ke wajahnya dengan tatapan yang sangat meremehkan, lalu berucap bahwa dirinya tak mengenal Minji dan masih sangat mencintai gadisnya yang telah meninggal itu. Menegaskan tidak ada satu wanita pun yang dapat mengganti posisi kekasihnya tersebut. Ucapan Jimin kala itu berhasil memancing amarah Park Junsung dan berakhir melemparkan sebuah buku berukuran cukup tebal kearah wajah Jimin yang tepat mendarat mengenai pipinya. Minji yang terkejut dengan kejadian itu sekilas mengarahkan atensinya ke pipi Park Jimin yang berangsur berubah warna akibat terkena lemparan buku yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Minji sama sekali tak mampu untuk berkutik, ia terus terdiam menahan ketakutan menyaksikan pertengkaran hebat antara ayah dan anak tersebut.

Dan tiba tiba saja lima hari yang lalu Jimin menghubunginya untuk bertemu di sebuah cafe. Di pertemuan kedua mereka Jimin menyetujui perjodohan itu dan mengatakan akan membuat Minji menderita.

Tentu saja gadis Kim dengan segala pertahanannya yang terasa begitu terombang-ambing mampu membalikkan keadaan saat itu. Ia menolak. Menolak perjodohan tersebut tepat disaat Jimin selesai memberikan alasan yang begitu abu-abu tentang kebencian pria itu terhadap dirinya.

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang