17

1.5K 175 19
                                    


Aku tidak menangis jika kau menyakiti tubuhku dengan penuh kebencian. Hal yang membuat ku menangis adalah-- ketika dirimu memberiku sebuah kenikmatan tanpa adanya cinta.

~SEULPEUN SARANG~

"Ji, bisakah kau mengabulkan satu permintaanku?" Heran. Itulah yang Minji rasakaan saat pria yang dicintainya bertanya sembari mendekapnya begitu erat.

Suara yang dikeluarkan pria itu, sungguh membuat Minji mabuk kepayang. Suara yang mampu melambungkan diri Minji menuju sebuah tempat yang disebut nirwana.

"Hmm.." Minji mendongak, bermaksud memandang lekat wajah pria yang telah penuh mengisi relung hatinya, "Tidak biasanya oppa meminta sesuatu padaku," ujar Minji, lalu beralih membelai lembut surai sang pria, membuat pria itu memejamkan mata merasakan kelembutan yang Minji berikan padanya.

Pria itu mendekap kian erat tubuh sang gadis, guna mencari kehangatan di tengah musim dingin yang kini mencapai suhu -7° celcius. "Jika, seandainya..." Pria itu menggantungkan kalimatnya, lalu meraih selimut guna menutupi tubuh mereka hingga sebatas dada, "Seandainya waktu kepergianku tiba lebih cepat, aku ingin kau berjanji untuk menikah dengan... 

kakakku."

Reflek, Minji melepaskan dekapan sang pria. Lalu bangkit, dan duduk menatap wajahnya dengan tatapan tidak suka. "Oppa! Jaga bicaramu!" jawabnya marah.

"Ji..." Panggilan lembut yang dikeluarkan ranum pria itu selalu membuat Minji tak mampu untuk berkutik, kesal ataupun marah dalam jangka waktu yang lama. "Tidak banyak waktu yang tersisa untukku. Dan aku yakin kau mengerti itu."

"Aku tahu, oppa. Dan aku pun mengerti."

"Aku... hanya ingin menghabiskan waktu yang tersisa, tanpa memikirkan sesuatu yang membuatku takut."

Pria itu terdiam, menatap dalam rupa cantik sang kekasih. Menilik kedua manik indahnya, hidung mungilnya, serta bibir ranumnya yang merah merekah. "Aku ingin kau mengabulkan permintaan tearkhirku, Ji."

"Park Junsung.. aku sudah menganggapnya sebagai seorang ayah. Banyak kebaikan yang telah kita terima darinya. Dirimu tahu itu 'kan?"

Dengan kepala yang menunduk, serta tangannya yang memainkan ujung selimut. Gadis itu menyadari kebaikan-kebaikan yang telah Park Junsung berikan kepada mereka. "Haruskah kau meminta hal seperti itu padaku? Kau seperti menjual diriku padanya, oppa."

"Aku yakin, kau tahu betapa besar rasa cintaku padamu. Aku juga yakin, jika oppa mengetahui  keinginan terbesarku adalah menikah dengan--"

"Maafkan aku, Ji. Aku benar-benar minta maaf." 

Pria itu menyela ucapan Minji, kepalanya tertunduk. Begitu banyak penyesalan di dalam hatinya. Penyesalan atas apa yang terjadi di hidupnya. Penyesalan atas batas umur sang pria yang telah tervonis tak mampu bertahan lebih lama untuk hidup di dunia. Penyesalan karena dirinya tak mampu menikah dengan Minji. Bukan hanya tidak mampu. Ia tidak bisa menikahi gadis itu.

"Penuhi keinginan terakhirku, hmm?"

"Agar aku dapat pergi dengan tenang."

***

Nafas Minji tercekat ketika tubuhnya tiba-tiba tercebur ke dalam kolam. Gadis itu panik, kini ia menyadari rasa sesak tengah merenggut kinerja pernafasannya. Minji sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berenang, ia tidak tahu, bagaimana cara agar tubuhnya naik hingga permukaan. 

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang