16

1.5K 179 31
                                    

"Jim, aku mohon, jangan seperti ini."

Isakan tangis yang memilukan keluar dari bibir merah Kim Minji. Minji memohon pada suaminya agar tidak menyiksanya. Minji mohon ampun atas kesalahan yang telah ia lakukan. Kesalahan yang tak disangkanya sama sekali. Kesalahan yang tak sepenuhnya terjadi karena dirinya.

Memberontak, dan terlepas dari perlakuan Jimin adalah keinginan terbesar Minji. Tapi, ia harus mengubur keinginannya dalam-dalam. Tubuhnya lemas. Tubuh Minji terbaring tidak berdaya. Kepalanya yang berdenyut kian menambah ketidakberdayaan-nya. Hantaman ponsel yang ia terima di pelipis masih terasa menyakitkan, dan meninggalkan bekas luka kebiruan. Tidak sampai berdarah, namun wajah mulus gadis itu menjadi tercoreng. Adanya jejak lebam akibat Jimin yang tak mampu mengontrol emosinya.

Minji semakin tidak berdaya ketika Jimin menarik kerah lalu mendorongnya tiba-tiba keujung kasur yang terbuat dari kayu. Punggungnya membentur kayu yang dilengkapi dengan ukiran-ukiran yang timbul di kayu tersebut.

Kini, tak hanya kepala Minji yang berdenyut, Minji juga merasakan rasa nyeri di punggungnya. Membuatnya tak dapat berkutik, karena Jimin semakin memperlakukannya dengan semena-mena.

Gadis itu terus berusaha memberontak, memukul, dan mendorong dada bidang Jimin tapi tak pernah berhasil. Justru Jimin semakin mengeluarkan tenaganya. Mengungkung tubuhnya, dan meraih kedua lengannya secara paksa, lalu mengunci pergerakan Minji.

Minji hanyalah seorang wanita yang tak memiliki kekuatan lebih. Tenaga yang ia miliki sangat lemah jika dibandingkan dengan laki-laki yang kini berada tepat di atasnya. Minji yang sudah tak bertenaga, terpaksa menerima siksaan Jimin. Siksaan Jimin yang membuat hatinya semakin hancur begitu dalam. Siksaan Jimin yang membuat pusat tubuhnya berkedut nyeri.

Tak ada erangan kenikmatan yang Jimin, dan Minji rasakan. Hati serta logika Jimin telah tertutup kebencian, dan dendam. Jimin tidak sedang terbawa dalam suasana romantis seperti adegan drama kebanyakan. Tidak pernah ada keromantisan di saat mereka bersama.

Hati Jimin. Akal pikiran Jimin sukses tersulut emosi. Membutakan dirinya, membutakan kebaikan serta kelembutannya selama ini. Tidak ada kelembutan yang Minji terima. Yang Minji terima hanyalah sebuah siksaan. Baik di tubuhnya, maupun di hatinya.

Hantaman tanpa henti Minji terima di pusat tubuhnya, diiringi tangisan yang begitu memilukan. Tangisan yang membuat orang lain iba jika mendengarnya.

Kecuali Jimin, dirinya tidak akan pernah merasa kasihan pada wanita yang sangat dibencinya.

Kelembutan hanya menjadi angan belaka, Minji tak lagi mengharapkannya.

Bibir Minji, terus, dan semakin kencang mengeluarkan permohonan agar Jimin berhenti menyiksa tubuhnya. Berhenti untuk terus menggerakkan sesuatu yang menegang di sana.

"Hentikan.. aku mohon. Tolong, Jim, hentikan."

Seolah tuli, Jimin tak peduli akan erangan yang keluar dari mulut istrinya itu. Justru, semakin kencang istrinya memohon semakin membuat hatinya begitu panas, dan bergejolak. Membuat Jimin semakin tertantang untuk menghantam tubuh Minji yang berada dalam kungkungannya tersebut. Membuat istrinya semakin tak berdaya.

Jimin menyiksa Minji bermaksud memberi pelajaran pada gadis itu. Memberinya peringatan agar Minji tak lagi berani bertemu dengan pria lain. Memberinya peringatan melalui siksaan yang ia lakukan agar Minji tak lagi berani melawan, ataupun membantahnya.

Yang Jimin lakukan sungguh keterlaluan. Jimin tidak akan pernah menyadari, apa yang ia lakukan saat ini akan menjadi bumerang. Menjadi bumerang yang akan berbalik melukai dirinya suatu saat nanti.

Setelah Jimin merasakan kepuasan dihatinya. Merasakan kepuasan tentang dirinya yang berhasil menanam benih untuk mengikat sang istri. Mengatasnamakan pertanggung jawaban yang telah dilakukan istrinya-- atas artikel yang terbit tentang istrinya, dan Seokjin.

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang