34

1.7K 155 30
                                    


Jadi menemui
Seokjin hyung?

Ya, Jadi.


Jam?

Sepulang aku
kerja.


Jam berapa
lebih tepatnya?

Empat sore.


Bertemu dimana?

Cafe, tidak jauh
dari sekolah.


Jalan kaki?

Tidak. Seokjin oppa
akan menjemputku.

Ponsel Minji pun berdering setelah sepuluh detik berlalu setelah ia mengirimkan pesan kepada Jimin untuk memberitahunya bahwa Seokjin akan menjemputnya di sekolah.

Oke. Minji berbohong. Sebetulnya Seokjin tidak akan menjemputnya. Pria itu pada awalnya memang menawarkan hal tersebut, namun Minji menolaknya secara halus. Ia harus menghargai perasaan Jimin. Apalagi sifat suaminya tersebut sekarang bisa dikatakan telah memasuki tahap posesif tingkat akut.

Tadi pagi saja, ponsel Minji hampir kembali menjadi barang sitaan Jimin. Jika saja ia tidak bergerak lebih cepat untuk meraih ponselnya yang mendarat akibat lemparan Jimin di atas kasur--untungnya. Minji sangat yakin  dan benar-benar menjamin seratus persen jika saja ia tidak terlebih dahulu meraihnya, maka ponselnya tersebut akan menjadi tahanan di tangan Jimin yang seolah berganti profesi menjadi aparat kepolisian.

Ya, wanita itu berbohong, berniat untuk sedikit menggoda suaminya.  Dengan kata lain, Minji menginginkan Jimin yang menjemputnya lalu menemui Seokjin bersama-sama. Tapi, makhluk berjenis kelamin wanita memang diciptakan dengan segala kerumitan yang ada 'kan? Memberi kode-kode yang pada dasarnya sulit dimengerti oleh para kaum laki-laki.

"Jangan sekalipun berani untuk pergi berduaan dengan Seokjin!"

Bentakan Jimin yang terdengar dari speaker ponsel saat ia menerima panggilan telepon tersebut cukup membuat telinga Minji berdenyut akibat suara Jimin yang memekakkan hingga ke gendang telinga.

"Aku terlanjur mengiyakan ajakannya," jawab Minji seraya menahan tawa karena berhasil mengerjai Jimin.

"Tidak. Aku yang akan menjemputmu! Jangan berani beranjak satu langkahpun sebelum aku datang!"

Yes!! Teriak Minji dalam hati.

"Ayolah, Jim. Jaraknya dekat, tidak akan memakan waktu lebih dari sepuluh menit." Baiklah, Minji mengurungkan niatnya untuk berhenti menggoda Jimin.

"Jalan kaki saja jika memang dekat. Tidak perlu merepotkan Seokjin hyung untuk menjemputmu."

"Hey, dia yang nenawariku bukan aku yang memintanya."

"Sekali tidak tetap tidak! Aku yang akan menjemputmu!"

"Ya sudah. Lebih baik aku jalan kaki saja!"

"Berani pergi sebelum aku datang. Aku benar-benar akan membuat perhitungan padamu, Ji!"

"Kau mengancamku?"

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang