18

1.5K 173 12
                                    

Seusai kepulangan dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Minji, Jimin melihat lekat tubuh Minji yang sedang terbaring lemah dengan selimut tebal yang membungkus tubuh gadis itu. Jimin tidak duduk tepat di sebelahnya atau di sisi kasur di samping Minji yang masih kosong. Ia dengan sengaja duduk di kejauhan, di sudut kamar suite-nya sembari menautkan kesepuluh jarinya, mencoba memfokuskan pandangannya pada wajah sang istri. Rona wajah istrinya yang memucat, dan bibir plum kemerahan yang berganti menjadi keunguan membuat Jimin menghelakan nafasnya kasar.

Pikiran Jimin pun beralih, menuju beberapa saat lalu ketika Minji menatapnya penuh kerinduan, membelai pipinya, hingga racauan yang keluar dari bibir gadis itu-- menyebut dirinya sebagai orang lain, lalu berakhir dengan sebuah ciuman yang gadis itu berikan, dan terasa begitu menyesakkan bagi seorang Park Jimin. Setelahnya, gadis itu terkulai lemas tidak bertenaga, menjatuhkan tubuhnya tepat di pelukan Jimin. Tak sadarkan diri. 

Pikirannya yang sedang berkecamuk terpaksa Jimin hentikan, ketika ia mendengar gumaman suara terlampau kecil keluar dari bilah bibir Minji yang tetap tertangkap indera pendengarannya. 

Jimin melangkah mendekat, menghampiri sang istri kemudian duduk di tepi ranjang. Memeriksa suhu tubuh Minji dengan menyentuh dahi gadis itu tepat di saat Minji mengerjapkan dan membuka matanya.

"Apa yang kau lakukan!" Kegugupan mendera diri Minji, ia terkesiap dan mendadak mendudukkan tubuhnya lalu menepis kasae tangan Jimin dari dahinya. Entahlah, Minji seperti trauma akan keberadaan Jimin. Tubuhnya seakan menolak, merasakan tangan Jimin yang menyentuh kulitnya. 

Harga diri pria yang sedang rehat dari pekerjaannya sebagai aktor itu seakan jatuh merosot ke dasar jurang menerima penolakan dari istrinya yang baru saja berhasil lolos dari malaikat maut. Berusaha mengontrol emosinya agar tak meledak, ia pun beranjak dari kasur, dan berdiri dengan tatapan yang tak lepas dari kedua manik Minji.

"Benar-benar tidak tahu diri!" Jimin mendecih tak suka akibat pertanyaan yang dilakukan istrinya. "Jika aku tidak mengikutimu ke rooftop aku jamin kau sudah terbaring kaku di kamar mayat!" tambahnya kasar.

Gadis itu tersentak ketika ingatannya kembali pada saat dirinya tengah tenggelam, meronta meminta pertolongan dari dalam air agar diselamatkan. Jadi aku masih hidup? Ia pun bernafas lega karena keinginannya untuk tetap hidup ternyata di dengarkan oleh Tuhan.

Kembali menatap netra Jimin berusaha menelisik sesuatu, Minji tak sepenuhnya percaya pada apa yang diucapkan suaminya itu, "Tidak mungkin..." ujar Minji kemudian melanjutkan, "aku lebih percaya jika kau yang mendorong tubuhku agar tenggelam."

"Membunuhku.. menjadi tujuanmu menikahiku 'kan?" tanya Minji menuntut dengan kondisi tubuhnya yang lemas, belum sepenuhnya pulih.

Pertanyaan Minji sukses membuat suasana hati Jimin berubah menjadi buruk. Gadis itu bukannya berterimakasih pada Jimin telah menyelamatkan hidupnya dari maut, justru menuduh jika Jiminlah yang mendorong tubuhnya.

Membuat Jimin geram, dan kembali berubah menjadi pria jahat. 

"Aku memang menginginkan kau mati." Jimin melangkah kemudian membungkukkan badannya, "Kufikir.. menyiksamu perlahan-lahan, dan melihatmu mengeluarkan air mata darah akan sangat menyenangkan bagiku," ujar Jimin tepat di hadapan wajah istrinya yang kini terlihat menegang. Gadis itu dapat merasakan amarah Jimin, ia merasa jika pria tersebut akan membunuhnya sekarang. 

"Kau fikir aku takut? Jangan karena selama ini aku diam lantas kau berfikiran aku menerima perbuatanmu!"

Pria itu tiba-tiba saja tertawa kencang, membuat bulu kuduk Minji berdiri karena merinding. Tidak ada hal lucu yang terjadi, namun Jimin justru tertawa kencang hingga mengeluarkan sedikit air mata di sudut matanya seolah tengah berada di sebuah acara comedy yang acaranya mampu membuat penontonnya terpingkal-pingkal.

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang