Pernikahan??Apa sesungguhnya arti kata pernikahan?
Kata tersebut mungkin saja menjadi kata impian untuk sebagian wanita atau menjadi kata impian seluruh wanita yang hidup di muka bumi ini. Menikah dengan pasangan yang memang ditakdirkan untukmu. Menikah dengan seseorang yang benar-benar kau cintai. Menikah dengan seseorang yang menjadi satu kesatuan di dalam tubuh dan hatimu tentu saja menjadi hal yang sangat membahagiakan bukan? Membayangkan tentang bagaimana menjalani kehidupan setelah menikah. Berbagi keluh kesah, dan sekedar menceritakan kejadian-kejadian kecil yang dilalui setiap hari ketika malam menjelang tentu saja membuat hidup menjadi sedikit lebih berwarna. Berbagi kasur, berbagi makanan setiap hari, melewati pertengkaran-pertengkaran kecil yang dapat hilang seketika dengan ucapan maaf dari salah satu pasangan yang bersedia untuk mengalah. Mencurahkan isi hati, meluapkan rasa kasih dengan sentuhan kecil membelai surai, menyentuh lembut kedua pipi yang dihiasi air mata, melakukan pergerakan kecil menenangkan hati, dan jiwa, bahkan seluruh raga hanya dengan pelukan hangat. Menanti kedatangan calon buah hati dengan jantung berdetak tak karuan, memperjuangkan seluruh tenaga, waktu, bahkan mempertaruhkan nyawa hanya untuk menanti si kecil terlahir di dunia. Dan ketika si kecil terlahir, bersama-sama berjuang untuk merawat, dan memberikan seluruh kasih sayang dan perhatian agar sang buah hati tumbuh menjadi sosok yang luar biasa, tumbuh menjadi makhluk sosial penuh kehangatan.
Sangat indah jika dijabarkan dengan kata-kata.
Minji hanya dapat membayangkan hal tersebut dalam benaknya, tidak ingin berharap lebih dengan semua angan yang belum tentu terjadi pada hidupnya.
Minji hanya tidak mau hatinya tersakiti karena angan yang berlebihan, mengingat dirinya akan menikah dalam hitungan menit ke depan. Menikah dengan pria yang tidak menyentuh hatinya sama sekali. Menikah dengan pria hanya untuk memenuhi wasiat atau permintaan terakhir dari sang terkasih yang hingga saat ini masih mengisi relung hati Minji. Memenuhi permintaan dari seseorang yang pernah ia harapkan menjadi suaminya kelak. Namun harapan yang ia miliki tak seindah seperti yang ia bayangkan. Belum sempat ia mengarungi hari-hari bahagia bersama kekasihnya tersebut, nyatanya sang kekasih harus terlebih dahulu dijemput oleh sang malaikat maut, menyisakan kesedihan di hati Minji, menyisakan kewajiban yang terus tumbuh di hatinya. Berucap dan menguatkan hatinya berulang kali bahwa dirinya harus bersedia melakukan permintaan terakhir tersebut dengan ikhlas. Menyingkirkan berbagai macam prasangka buruk, dan ketakutan yang merambat di seluruh hatinya.
Oppa, bolehkah aku berharap wasiat yang kau berikan akan berakhir indah dalam hidupku?
Minji menghentikan lamunannya ketika mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya.
"Minji eonni, dirimu sungguh luar biasa cantik" itu Mina, rekan kerja Minji sekaligus sahabat terdekat yang menemani hari-hari Minji yang sebatang kara.
"Terimakasih."
"Aku tidak pernah menyangka kau akan menikah dengan artis sekelas Park Jimin." Minji hanya tersenyum kecut mendengarnya.
Mina menyadari tingkah laku Minji yang tersenyum namun tidak mengisyaratkan kebahagiaan.
"Eonni," panggil Mina lembut dan hanya mendapatkan tatapan sendu dari manik indah Minji.
"Ada yang belum kau ceritakan padaku? Aku menahan rasa penasaranku tentangmu, tentang Park Jimin dan tentang---" Mina terdiam lalu meraih kedua telapak Minji yang berbalut sarung tangan transparant yang menghiasi tangan kecilnya.
"--berita mengenai kehamilanmu."
Melihat Minji yang tak kunjung mengeluarkan suara, Mina meneruskan kalimatnya, "Kau punya diriku untuk menceritakan semua yang terjadi padamu. Eonni bisa percaya padaku, keluarkan semua keluh kesah yang bersarang di hatimu. Jangan memendamnya sendirian eonni, aku mohon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔
FanfictionPark Jimin harus menerima kenyataan bahwa Lee Eunhye calon tunangannya mendadak mati bunuh diri. Tuan Park Junsung- Ayah Jimin kembali menjodohkan anaknya dengan gadis lain yaitu Kim Minji. Park Jimin marah dengan keadaan- kelakuannya berubah menjad...