Kebencian biasanya selalu disertai dengan prasangka-prasangka buruk. Tidak peduli apapun yang kita lakukan. Tidak peduli apapun yang kita jelaskan. Jika kebencian terlanjur menggerogoti, dan menguasai seluruh hati. Maka, kebencian akan selalu menutup kebenaran, atau menghalangi jalannya logika.
Jimin menaruh dendam pada wanita yang kini menjadi istrinya. Jimin membenci apapun yang dilakukan Minji. Rasa benci itu kian membuncah begitu dirinya melihat sosok Minji tengah bercengkerama, bahkan tertawa begitu lebar dengan seorang pria yang sangat dikenalinya. Pria yang memberitahu dirinya mengenai keberadaan surat peninggalan Eunhye. Pria dengan status kakak kandung dari kekasihnya yang telah tiada. Lee Seokjin.
Jimin hanya tidak habis pikir bagaimana bisa Seokjin, dan Minji saling mengenal. Bahkan, kini Jimin memergoki mereka berdua berada di kediaman Seokjin di Tokyo-- walaupun tidak berbuat macam-macam.
Jimin yang bertahun-tahun mengenal Seokjin saja, tidak tahu jika ia memiliki tempat tinggal di Jepang. Dan sekarang, Jimin menemukan istrinya berada di rumah Seokjin berkat bantuan dari Jung Hoseok-- temannya yang berprofesi sebagai polisi.
Terlanjur membenci, secara emosional, Jimin tidak dapat menahan amarah yang meluap-luap di dalam dirinya.
Begitu ia melihat istrinya bersentuhan fisik dengan Seokjin. Tiba-tiba saja, emosinya kian membuncah. Hatinya bergemuruh tidak suka. Jimin tidak suka melihatnya. Ia benci hal itu, dan akhirnya ia meraih kasar lengan sang istri hingga gadis itu untuk kesekian kalinya meringis kesakitan atas perbuatannya.
Jimin tidak pernah sadar jika perlakuan kasarnya itu membuat lengan sang istri memiliki banyak bekas kemerahan yang hampir membiru.
Jimin tidak akan pernah menyadarinya. Bahkan, dirinya tidak akan pernah peduli. Jimin tidak akan peduli jika tubuh Minji memiliki banyak bekas luka.
Bahkan, ketika tubuh itu menjadi hancur sekalipun.
Ia benar-benar tidak akan pernah mempedulikannya.
Jimin justru menyukainya. Menyukai melihat Minji kesakitan. Menyukai melihat istrinya hancur lebur.
Minji tidak bisa berkutik ketika Jimin menarik dan menyeret dirinya untuk ikut pergi dari rumah Lee Seokjin bersamanya.
Sebenarnya, Minji tidak ingin ikut bersama Jimin. Ia ingin bertemu dengan Jena, berpamitan dengan bocah manis itu.
Namun, Minji bisa apa? Melawan? Tidak. Minji tidak berniat melawan Jimin sama sekali. Tidak untuk saat ini. Mungkin nanti, ketika kesabarannya telah menipis, dan tidak ada lagi yang tersisa. Entah kapan. Minji hanya bisa berharap masih banyak kesabaran yang tersisa di hatinya. Hingga ia merasa cukup. Merasa cukup untuk menjalani wasiat yang diberikan kekasihnya.
Minji cukup kaget, ketika dirinya dibawa paksa oleh Jimin ke sebuah hotel yang sangat megah di pusat kota Tokyo. Mereka berdua melewati lobby dengan disaksikan cukup banyak pasang mata. Banyak yang menyaksikan jika dirinya tengah di seret paksa oleh suaminya sendiri.
Namun sepertinya, Jimin sama sekali tidak peduli dengan banyaknya pasang mata yang memperhatikan mereka. Jimin tidak peduli para pegawai, dan beberapa tamu tengah bisik-bisik membicarakan kondisi mereka ketika melewati lobby. Beberapa orang ada yang terlihat tidak peduli. Dan sisanya membicarakan mereka, merasa adanya kejanggalan dalam pernikahan yang terkesan begitu mendadak.
Sebagai aktor, nama Jimin cukup terkenal di negara sakura tersebut. Media Jepang turut memberitakan kabar pernikahan mereka berdua. Dan Tentu saja di Jepang akan ada beberapa orang yang akan memperhatikan gerak-gerik mereka. Mereka berdua masih dalam incaran media-media yang haus berita akan pernikahan dadakan yang mereka lakukan. Media tersebut seperti tahu sesuatu. Dan terus saja mencari-cari sesuatu yang tidak beres dalam pernikahan Minji, dan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔
FanfictionPark Jimin harus menerima kenyataan bahwa Lee Eunhye calon tunangannya mendadak mati bunuh diri. Tuan Park Junsung- Ayah Jimin kembali menjodohkan anaknya dengan gadis lain yaitu Kim Minji. Park Jimin marah dengan keadaan- kelakuannya berubah menjad...