07

1.4K 172 2
                                    

"Apa yang membuatmu kemari? Bukankah sudah kukatakan dengan sangat jelas aku tidak akan menikah denganmu."

Ya. Pria itu adalah Park Jimin.

Pria itu hanya diam mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan Minji, namun sorot matanya tak pernah lepas memandang Minji yang tentu saja membuat gadis bermarga Kim tersebut sedikit menjadi salah tingkah. Namun segera ia tutupi dengan raut wajah ketus demi pertahanannya di hadapan Park Jimin.

Satu detik, dua detik, dan tiga detik, bahkan satu menit telah berlalu, namun Jimin tak kunjung menyudahi aksi diamnya. Hal tersebut tentu saja membuat Minji kesal, jengah luar biasa menanti Park Jimin yang tak kunjung mengeluarkan suara baritonnya yang cukup indah menurut Minji.

"Aku anggap kau mengerti ucapanku. Aku harus kembali bekerja."

Belum sempat Minji beranjak satu sentipun dari tempat yang ia duduki sekarang akhirnya Jimin tak lagi mengabaikannya dan membuat Minji tak jadi beranjak dari tempatnya.

"Ayahku sakit."

Gadis Kim membulatkan matanya tak percaya. Yang Minji ingat adalah Park Junsung dalam keadaan baik-baik saja. Pertemuan terakhirnya dengan Park Junsung tidak menunjukkan apapun. Pria paruh baya tersebut sangat sehat dimata Minji. Tubuhnya bugar tak terlihat sedikitpun di raut wajahnya yang menandakan bahwa pria paruh baya tersebut sedang sakit.

"Apa yang terjadi padanya? Terakhir kali ayahmu terlihat baik-baik saja."

"Jantung- ia terkena serangan jantung."

Mendadak mulut Minji terbuka lebar, menganga, dan tidak percaya. Hal tersebut membuat sebagian kecil hati Jimin sedikit goyah. Tak bisa Jimin pungkiri bahwa dirinya adalah laki-laki normal yang mampu terjatuh dan terkesima hanya karena visual seorang wanita cantik yang kini sedang duduk tepat di depannya. Visual seorang Kim Minji mampu menjungkir balikkan dunia para lelaki yang sedang menatapnya. Rambut panjang berwarna hitam legam dipadu padankan dengan wajah mungil lalu dihiasi dengan mata bulat dan hidung mancung serta bibir tipis berwarna merah plum alami, dan belahan dagu yang dimiliki gadis tersebut menambah kecantikannya yang terlihat semakin luar biasa-- bukti dari kesempurnaan ciptaan Yang Maha Kuasa tanpa cacat sedikitpun. Sangat sempurna.

Tersadar akan kesempurnaan visual gadis di depannya yang telah membuatnya larut dan hampir terperangkap, buru-buru Jimin menyadarkan kembali kinerja otaknya. Mengingatkan bahwa keberadaannya di sekitar gadis Kim adalah untuk pembalasan dendam. Membalas semua yang terjadi atas kematian gadisnya. Mengembalikan seluruh ingatannya akan niat yang ingin membuat kehidupan Kim Minji hancur lebur. Memperingatkan otak dan hatinya yang  mengharapkan Kim Minji menderita sampai mati. Menyusul gadis kesayangannya di alam baka.

"Ikutlah denganku. Ayahku memintaku membawamu."

Kim Minji tidak langsung menjawab. Ia terdiam. Memikirkan dan menimbang berulang kali dari dalam hati apa ia harus menuruti permintaan pria yang sedang berdiri di hadapannya. Pria yang sedang menatapnya sangat intens. Pria yang akan menjadi suaminya jika saja ia menyetujui perjodohan yang dilakukan oleh Park Junsung. 

"Hmmm.. pekerjaanku selesai satu jam lagi. Pulanglah, aku akan menemui ayahmu setelah pekerjaanku selesai."

"Aku akan menunggu. Kita harus bersama menemuinya."

******

Waktu tepat menunjukkan pukul tiga sore saat Minji dan Jimin tiba di lobby rumah sakit tempat ayah Jimin tengah dirawat.

Minji mengikuti langkah Jimin dari belakang. Jarak diantara mereka sekitar dua meter jika memang benar di hitung. Minji sengaja menciptakan jarak diantara mereka. Tidak ingin terlalu dekat ataupun berjalan beriringan bahkan bersebelahan dengan Jimin. Berulang kali Jimin mengajaknya untuk berjalan beriringan namun Minji menjawab dengan gelengan kepala pertanda ia tidak mau.

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang