14

1.4K 185 9
                                    

Suatu hari, aku bertanya pada diriku sendiri. Apa itu cinta?

Aku tak lagi memilikinya.

Jimin, Park.

***

Setelah pertemuannya dengan Lee Seokjin yang sedikit memalukan beberapa waktu lalu, dan sekaligus mempertemukannya dengan putri kecil Kim Seokjin-- Lee Jena, anak didik di tempat Minji bekerja.

Saking bahagianya bertemu dengan Minji, Jena lonjak kegirangan. Bocah manis itu sangat antusias, begitu bersemangat. Berlarian kesana kemari disertakan teriakan-teriakan yang hampir memekakkan telinga. Untung saja keadaan cafe sedang sepi, Seokjin tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyuruh putrinya agar tidak terlalu berisik.

"Jena putri kecil ayah." Seokjin menghampiri Jena, lalu meraih tangan mungil putri kecilnya, "Daripada berlari, lebih baik duduk dan habiskan eskrimnya bersama Ibu guru Minji, hm?" ujar Seokjin lembut sembari melepaskan, dan mengaplikasikan kembali ikatan rambut Jena yang berantakan.

Jena menggeleng, pipinya menggembung membuat Seokjin sangat gemas dengan tingkah putri kecilnya tersebut. "No.. No.." Jena berkacak pinggang selayaknya orang dewasa, "Bukan Ibu gulu Ayah, tapi.. BUN-DA MIN-JI," jelas Jena dengan gaya lucunya.

Manik Seokjin berputar pura-pura berfikir, "Jadi, ayah harus memanggilnya BUN-DA MIN-JI?" 

Jena menganggukkan kepalanya, "Benal, halus sepelti itu, Ayah."

"Baiklah. Sekarang kembali duduk dan habiskan eskrimmu, oke?" perintah Seokjin dengan penuh kelembutan. 

"Oke, Ayah" Jena pun kembali duduk dan segera menghabiskan eskrimnya yang mulai meleleh.

Minji menyunggingkan senyumannya. Tersenyum melihat interaksi yang sungguh manis antara Jena dan ayahnya. 

"Pelan-pelan saja makan eskrimnya, nanti Jena tersedak," ujar Minji kepada Jena.

"Oke, Bunda," jawab Jena sembari memamerkan deretan gigi mungilnya yang rapi.

Setelah melahap habis es krimnya, Jena kembali berlari-lari kecil di dalam cafe, sukses membuat Seokjin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jena. Raut muka Jena tampak bahagia, sudut bibirnya tertarik keatas menunjukkan deretan gigi susunya yang kecil dan terlihat menggemaskan. Pemandangan yang menyenangkan bagi Minji melihat bocah kecil itu tertawa bahagia.

Perhatian Minji lalu beralih ke ayah dari bocah yang kembali tengah berlari-lari di dalam cafe tersebut.

Seokjin itu seperti tokoh Dekisugi dalam kartun Doraemon-- kartun favorit di jaman Minji masih kanak-kanak. Hanya pikiran selewat saja, Minji hanya sebatas teringat dengan pembawaan diri yang kelewat tenang, dan sangat berwibawa yang ia tangkap dari sosok Seokjin. Begitu mirip dengan Dekisugi. Dari cara Seokjin menolongnya, dari cara Seokjin berbicara kepada putrinya dengan penuh kelembutan, dan dari gerak-gerik yang Seokjin lakukan.

Padahal, jika dipikirkan kembali, apa yang Seokjin lakukan terlihat sangat wajar. 

Seokjin itu seorang ayah. Hal wajar jika dirinya memperlakukan putrinya dengan lemah lembut. Hal yang sangat wajar jika Seokjin memberikan perhatian kepada putri kecilnya.

"Huaaaaa... Ayah sakit, huaaaa.."

Lamunan Minji terbuyar paksa begitu telinganya mendengar teriakan Jena. Ternyata, tungkai bocah itu tersandung kaki kursi cafe, dan membuatnya jatuh terjerembap.

Dengan sigap Minji pun berdiri. Bergegas menghampiri, lalu menggendong putri kecil Lee Seokjin, dan membawanya kembali ke meja. 

Seokjin yang telah berdiri ternyata kalah sigap dengan kecepatan Minji, membuatnya kembali duduk, dan hanya memperhatikan curahan kasih sayang yang Minji berikan kepada putrinya. 

Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang