"Oppa, jangan bicara seolah kau mencintaiku, ingatlah bahwa sebentar lagi kita akan bercerai."
***~SEULPEUN SARANG~
Pergejolakan yang membingungkan tengah melanda hati Jimin.
Pria itu ingin sekali menarik kata-kata yang telah ia ucapkan pada Seokjin. Terkesan menjilat ludahnya sendiri memang.
Entahlah, seperti ada perasaan penyesalan yang benar-benar mengganggu hatinya. Membuat Jimin beberapa hari ini kesulitan untuk tidur nyenyak di kala malam menjelang.
Jauh dari lubuk hati yang paling dalam, Jimin menyalahkan dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya yang selalu mendahulukan emosi daripada apa yang benar-benar ia rasakan.
Kini, Jimin seperti merasa jiwanya seolah terbang, terbang jauh begitu tinggi, lalu hilang membaur terurai bersama udara.
Jiwa Jimin hampa, hatinya kosong. Tak dapat dipungkiri jika ia pun merasa kehilangan. Mengetahui fakta Minji yang ternyata tengah mengandung dan harus kehilangan tanpa mereka sempat menyadari keberadaannya.
Kondisi Jimin pun tak jauh berbeda dengan Minji, mereka berdua sama, sama-sama berada dalam situasi keterpurukan.
Bersama-sama mengetahui jika ternyata mereka hanyalah korban dari seseorang yang mereka cintai di masa lalu.
Tepat dua minggu berlalu sejak musibah yang mendera mereka berdua di kota Busan, tepat dua minggu setelah ia mengikrarkan akan menyerahkan Minji pada Seokjin. Keputusan tersebut akhirnya menimbulkan penyesalan tersendiri yang terus mengganggu hati dan isi kepala Jimin. Hingga pada akhirnya penyesalan tersebut menuntun tungkainya untuk menemui Seokjin.
"Hei, Jim, kebetulan kau datang menemuiku. Aku ingin menanyakan kapan kau akan mengurus proses perceraianmu dengan Minji?"
Baru saja dua langkah Jimin memasuki ruang kerja Seokjin, ia justru mendapatkan pertanyaan yang membuat hatinya kian terpuruk akan penyesalan. Jimin terus melangkah, belum berniat untuk menjawab hingga ia mendaratkan bokongnya di atas sofa empuk yang berada dalam ruangan kerja pria berbahu lebar tersebut.
Memijit pelipisnya pelan serta menyugar surai ke belakang, tak hayal membuat Seokjin mengerutkan kening dan kembali melayangkan pertanyaannya.
"Jangan bilang.... jika kau tak akan melepaskan Minji?"
"Hyung, bagaimana jika memang seperti itu?"
"Kau gila!!" Seokjin berteriak marah, tidak terima akan pengakuan Jimin. Seokjin serius tentang perkataannya menginginkan Minji, ia terlanjur telah menjatuhkan hatinya pada Minji yang berstatus sebagai istri Jimin. Status pernikahan yang membuat Seokjin tak dapat bergerak bebas untuk mendekati wanita tersebut.
Seokjin seorang pria yang tahu aturan, ia tidak akan berbuat semacam hal seperti menjadi pria perebut istri orang. Walaupun sebetulnya Seokjin tahu jika pernikahan wanita yang ia cintai terjadi atas niat jahat Jimin yang ingin membalaskan dendam kematian adiknya.
"Maaf..." ucap Jimin lirih.
"Jim.. aku serius dengan perkataanku waktu itu, aku terlanjur jatuh cinta dengan istrimu." Seokjin menatap dalam kedua manik Jimin. Ia pun melangkah menghampiri Jimin, memilih untuk duduk di depan Jimin agar pria di hadapannya tersebut dapat melihat keseriusan yang terpancar dari dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulpeun Sarang | Park Jimin | 슬픈사랑 | COMPLETED ✔
FanfictionPark Jimin harus menerima kenyataan bahwa Lee Eunhye calon tunangannya mendadak mati bunuh diri. Tuan Park Junsung- Ayah Jimin kembali menjodohkan anaknya dengan gadis lain yaitu Kim Minji. Park Jimin marah dengan keadaan- kelakuannya berubah menjad...