40 - Ashton Vrage

9.6K 1.3K 278
                                    

Hal pertama yang kulihat saat menginjakkan kaki di atap adalah Damian yang tengah duduk dengan 5 potong kueㅡentah kue apa ituㅡdi sebelahnya.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Tidak perlu terburu-buru begitu," Damian pun menyodorkan kuenya. "Kau mau?"

Aku hanya terdiam memerhatikan Damian yang sifatnya berubah drastis. Setelah yakin kalau di hadapanku itu benar-benar Damian, aku pun mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Lebih baik kau ceritakan keperluanmu sekarang sebelum ada orang yang menguping," kataku.

"Baiklah," Damian meregangkan tubuhnya sebelum melanjutkan, "Ini tentang Syrennia."

"Syrennia? Maksudmu Airin?"

"Benar," Damian pun menoleh. Kedua maniknya menatapku lekat-lekat. "Kau tahu 'kan kalau Airin sebenarnya memiliki sebagian besar ingatannya?"

"Ya, dia pernah memberitahuku sekali."

"Tapi, dia tidak bisa mengingat satu hal," lanjut Damian. Semakin lama tatapannya membuatku merasa tidak nyaman.

"Lalu?"

"Dengar, aku telah mendapatkan seluruh ingatanku, dan aku tahu siapa yang gadis itu lupakan."

Aku berkedip sejenak. "Siapa?"

"Kau."

"... Aku?"

"Ya, Airin melupakanmu. Lebih tepatnya, dia tidak bisa mengingatmu."

"Oi, apa maksudmuㅡ"

"Di Worldhole, kalian sangat dekat. Bahkan terlalu dekat sampai kami mengira kalian memiliki suatu hubungan," potong Damian. Belum sempat aku membalas, dia kembali berbicara, "dan menurutku, hubungan kalian di Worldhole berimbas sampai ke sini. Seperti saat kau menanggung rasa sakit yang Airin dapat."

Aku mengangguk dan memutuskan untuk mendengarkan penjelasan Damian hingga akhir sebelum protes habis-habisan.

"Mungkin itu bisa disebut berkah untuk Airin, tetapi sebagai gantinya, dia tidak memiliki ingatan tentangmu."

Aku terdiam.

Airin sama sekali tidak memiliki ingatan tentangku?

"Bisa kau ceritakan seberapa dekat aku dengan Airin?"

"Hm... kalian sangat dekat. Kami mengira kalian menjalin suatu hubungan, tetapi kalian selalu menyangkal dan bilang kalau kalian cuma teman."

Cuma teman, ya?

"Apakah ada cara untuk mengembalikan ingatannya tentangku?" tanyaku.

"Apa kau yakin? Kalau dipaksa, bisa-bisa kau yang mati kesakitan."

Lagi-lagi aku terdiam. Saat teman baikmu melupakanmu, pasti kau akan berusaha untuk membuatnya mengingatmu, bukan? Tapi, rasa sakit tiap kali mengingat serpihan-serpihan memori selalu saja menghalangi.

Apa yang harus aku lakukan?

"Ngomong-ngomong, berapa banyak yang kau ingat?" Damian mengalihkan pembicaraan.

Aku berusaha mengingat sebisaku, tetapi nihil. "Aku tidak mengetahui banyak hal. Tetapi, akulah yang pertama tahu bahwa Airin adalah seorang mermaid," jawabku setengah berbisik.

"Kau bahkan belum mengingat namamu?"

"Belum sama sekali."

Senyum jahil Damian tiba-tiba mengembang. "Mau kuberitahu?"

SEPARATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang