Aku menghela napas panjang.
Seharusnya aku senang aku tidak perlu repot membangunkan Damian pagi ini.
Tapi, yah, masalahnya siapa yang bisa aku tanya saat aku kesulitan mengerjakan matematika nanti?
Ada Rachel, sih.
Tapi nanti dia terganggu.
Aku kembali menghela napas dan memerhatikan bangku kosong di sebelahku.
Kata Damian, dia mendadak demam tadi malam. Jadi hari ini, dia menitipkan pesan kalau dia izin tidak masuk karena sakit. Aku mau tidak mau harus ke rumahnya sepulang sekolah untuk mengecek keadaannya.
Lagipula, aku baru tahu kalau dia bisa sakit.
Aku pun membenamkan wajahku di kedua tanganku.
"Airin, ada yang mencarimu!" panggil seseorang. Baru saja aku menikmati ketenangan kelas di pagi hari, tetapi malah diganggu. Aku pun menengadah, menemukan Ashton berdiri di depan pintu kelas dengan wajahnya yang terkesan arogan seperti biasa.
Uhm, apa yang akan dia lakukan padaku?!
Dan lebih buruknya lagi, tidak ada Damian di dekatku!
"Itu, dia ada di sana. Masuk saja." Jangan biarkan dia masuk begitu saja, bodoh!
Ashton hanya mengangguk kecil dan berjalan ke arahku. Langkahnya yang teratur seakan menyedot ruhku sampai akhirnya tidak bersisa.
Aku melirik ke belakang. Rachel belum datang.
"Hei, Ai."
Aku berjengit saat namaku dipanggil. Dengan ragu-ragu, aku menoleh ke arah Ashton. "I-iya?"
"Tak usah takut begitu," katanya. "Kali ini aku datang bukan untuk mengganggumu."
Eh?
"Terus, ada urusan apa?" tanyaku memberanikan diri meski kenyataannya, keringat dingin sudah mengucur deras di keningku.
"Kau ingat waktu itu kau datang ke rumahku untuk memberikanku makanan?"
Aku mengangguk. "Ya. Kenapa?"
"Aku cuma mau bilang terima kasih. Dan..."
"Dan?"
Dapat kulihat rona merah di wajah Ashton. Ekspresinya pun perlahan menjadi gelisah dan tangannya terus menggaruk tengkuknya.
"Malam minggu nanti nonton, yuk?"
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Jam istirahat kedua terpaksa aku habiskan sendirian di atap sekolah. Tempat satu-satunya tidak ada laki-laki yang menemukanku.
Karena Damian tidak masuk, banyak laki-laki yang datang menemuiku tadi saat istirahat pertama.
Untuk apa?
Hampir semuanya menyatakan perasaannya padaku.
Kalau dipikir-pikir, skenario seluruh laki-laki di sekolah menyukai satu gadis yang sama pasti hanya terjadi di film-film atau di cerita fiksi saja.
Harusnya, sih, begitu.
Tetapi hal itu terjadi padaku.
Pasti saat ada waktu senggang, ada saja laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku. Dan itu sebabnya Damian terus berada di sebelahku. Kalau ada yang tetap nekat, pastilah Damian yang akan menolaknya. Itu juga dengan kata-kata tajam nan pedas yang dia pendam jauh di dalam lidahnya.
Dari sebuah artikel yang pernah kubaca, makhluk yang mempunyai kemampuan untuk memikat seluruh pria yang melihatnya adalah siren.
Tapi, masa iya aku ini siren?
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED
Fantasía[Sequel SWITCHED] (SLOW UPDATE) Mana yang lebih menyakitkan: Ditinggalkan oleh orang yang kau sayangi tanpa alasan atau tidak bisa mengingat siapa orang yang kau sayangi padahal kau menangisinya tiap malam? . . . DO NOT PLAGIARIZED MY STORY OR I'LL...