Hari ini, tepatnya malam ini, aku mendapat mimpi yang tidak biasa.
Aku menatap lelaki di hadapanku. Surai hitamnya terurai menutupi wajahnya, meskipun begitu, dapat kurasakan dengan jelas bahwa tatapannya tertuju padaku.
"S-siapaㅡ"
"Apakah kau yang selama ini Aletta rindukan?"
Tunggu dulu, dia mengenal Aletta?
"Tetapi, apakah kau merindukan Aletta sebanyak gadis itu merindukanmu?"
Bulu kudukku merinding saat suara beratnya memasuki telingaku. Aku menarik kakiku ke belakang, sedikit berharap aku bisa lari darinya.
"Gadis itu selalu menemuimu tiap malam 'kan? Tetapi, maaf, aku bukanlah Aletta seperti yang kau harapkan," dia kembali berbicara. Langkah kakinya yang semakin lama semakin dekat membuat tenggorokkanku tercekat.
"M-mau apa kauㅡ"
Dia melihatku dari atas sampai bawah, seakan berusaha memindai semua yang ada di tubuhku.
"Hm, jadi ini anak sang Ratu Iblis."
Aku meringis. Rasa sakit kembali menyerang kepalaku.
"Apaㅡ"
"Kalau dilihat-lihat, ternyata rupamu nyaris sama denganku. Yah, tentu saja. Secara kau adalah saudara tiriku."
Hah?
Aku?
Saudara tiri?
Semakin banyak kata yang dia ucapkan, aku semakin tidak mengerti apa maksud dari kedatangannya. Dan juga, dimana Aletta? Apa sesuatu terjadi padanya sehingga dia tidak bisa menemuiku?
"S-sebenarnya kau siapa?" aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Aku?" lelaki itu tersenyum miring, "Kurasa aku ini kurang lebih seperti Hermes."
"Hermes? Pengirim pesan para dewa?"
"Ya, tetapi, Aletta yang mengirimkuㅡmemintakuㅡke sini."
"Aletta? Apa dia baik-baik saja?"
"Tenang, dia sehat. Hanya ada beberapa luka kecil karena nekat kabur dari istana."
Tch, gadis itu selalu nekat. Kapan dia bisa berubah?
"Lalu, apa tujuanmu kemari?"
"Harusnya aku mencari gadis ataupun wanita untuk kujadikan mangsa. Tetapi, aku malah harus menahan rasa jijik saat memasuki mimpi laki-laki hanya untuk menyampaikan pesan Aletta."
Demi apapun, aku ingin sekali menghantam wajah lelaki ini. "Kalau begitu kenapa kau repot-repot masuk ke mimpiku?" desisku.
"Karena kau-lah yang paling Aletta khawatirkan," jawabnya. "Dan Aletta adalah temanku yang berharga, jadi, aku akan melakukan apapun untuknya."
Teman yang berharga, ya?
"Sejak kapan kau mengenal Aletta?" aku membungkam mulutku saat tidak sengaja melontarkan pertanyaan dari otakku.
"Ah, kami berteman sejak kecil," jawabnya, "Bisa dibilang, dia penyelamatku."
"Penyelamat?"
"Kami, para iblis kembar, biasanya menjadi sasaran empuk untuk dibully iblis lain yang lebih 'sempurna'," dia pun menunjuk tanduknya. "Karena iblis kembar masing-masing hanya punya satu tanduk, kami dianggap barang cacat."
"Tapi gadis itu, sampai sekarang aku masih bisa mengingat bagaimana caranya dia menebas iblis-iblis yang membully-ku dengan pedang kesayangannya," kekehan kecil keluar dari bibirnya. "Senyumannya saat mengulurkan tangannya padaku benar-benar terlihat polos, meskipun pada kenyataannya seluruh tubuhnya telah bersimbah darah."

KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED
Fantasy[Sequel SWITCHED] (SLOW UPDATE) Mana yang lebih menyakitkan: Ditinggalkan oleh orang yang kau sayangi tanpa alasan atau tidak bisa mengingat siapa orang yang kau sayangi padahal kau menangisinya tiap malam? . . . DO NOT PLAGIARIZED MY STORY OR I'LL...