29 - Damian Winter

10.8K 1.5K 103
                                    

Aku duduk bersandar di sofa, menatap kosong gadis putih yang duduk di sofa seberangku. Aku tidak tahu kenapa, tetapi dia terlihat gelisah, entah apa yang tengah dipikirkannya.

"Kenapa kau gelisah seperti itu?" celetukku tanpa sadar. Tapi apa boleh buat, sudah terlanjur terucap.

Aletta menoleh padaku. Dia menggaruk tengkuknya. "S-sebenarnya aku ke sini untuk melarikan diri dari ibumu," jawabnya.

"Ibuku?"

"Iya. Ibumu. Si nenek iblis itu."

Aku mengernyit, mencoba mencerna yang dikatakan Aletta. Tetapi hasilnya tetap nihil.

Aletta pun meneluk jidatnya. "Ah, aku lupa! Kau 'kan tidak bisa mengingat ingatanmu yang dulu," Aletta tertawa garing. "Maaf, ya~"

Aku baru saja hendak bertanya lagi saat sekelebat bayangan melewati ruang tamu dengan cepat.

"Apa-apaan itu tadi?!" aku mendesis, terkejut. Tak lama kemudian, Lan dan ketiga adiknya menyusul. Keduanya terengah-engah.

"Sial! Dia kabur!" gerutu Lan sembari mengacak-acak rambutnya.

"Kabur? Siapa?" Arash yang baru selesai mandi ikut penasaran.

"Itu! Vampir yang nyaris memangsa Eric kabur!"

Selang waktu 3 detik, jeritan histeris Eric pun terdengar.

"RACHEL, VAMPIR ITU TIDAK AKAN MENEMUIKU LAGI 'KAN?"

"RACHEL, AKU TIDAK AKAN MATI 'KAN?"

"HEI, JAWAB AKU, RACHEELL."

"RACHEL, AKU TAKUT!"

"Eric," panggil Rachel, masih dengan wajah datarnya. "Bisakah kau melepaskan pelukanmu?"

"Oh, maaf. Hehe~"

Baru saja Eric melepas pelukannya, dia menggenggam tangan Rachel. "Katakan padaku, aku akan baik-baik saja 'kan?" lanjutnya sembari menatap Rachel lekat-lekat dengan tatapan memelas, persis seperti anak anjing.

"Entah. Aku bukan tuhan," Dan Rachel dengan santainya melepaskan tangan Eric yang menggenggam erat tangannya.

Hm, pasti sakit.

"Rachel! RACHEELL!"

"Apa mereka selalu seperti itu?" tanya Aletta setengah berbisik. Entah sejak kapan dia sudah ada di sebelahku.

Aku menggidikkan bahuku. "Aku tidak tahu. Kurasa baru hari ini."

TING!

"Ah, kuenya."

Rachel pun berlari ke dapur saat mendengar suara tersebut. Tak lama, aroma kue menyeruak ke seluruh ruangan. Eric yang tadinya seperti orang kebakaran jenggot langsung kembali jinakㅡdengan air liur yang menetes di sudut bibirnya. Mata Aletta dan Axxel perlahan berbinar. Keduanya mulai saling dorong untuk melihat apa yang Rachel buat.

Sedangkan aku? Aku dapat remah-remahnya saja juga tidak apa-apa.

Rachel pun kembali ke ruang tengah dengan membawa satu loyang kue bolu sementara Harlert di belakangnya membawa nampan berisi kue jahe. Airin sendiri membawa beberapa kotak susu dibantu Ashton.

"Ah, aku lupa. Tadi aku juga membeli kue di kafe," Airin pun menaruh kotak susu di meja dan berlari mencari kue yang dia beli.

"Tadaa~ Red velvet untuk kalian semua~" Airin memamerkan kue yang dia beli. Dan sorak sorai paling keras berasal dari Eric dan Axxel juga adik kembar Lan.

"Di sini sempit. Lebih baik kita ke halaman belakang yang lebih luas sedikit," usul Harlert. Dia pun menunjukkan jalan ke halaman belakang, masih membawa nampan berisi kue jahe.

SEPARATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang