Orang yang berdiri di hadapanku sekarang ini bukanlah manusia.
Ya, aku tahu dia bukan manusia.
Tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa tahu bahwa dia bukan manusia.
Aku hanya diam berdiri sembari memerhatikannya. Orang tersebut berwujud manusia biasa, tetapi auranya benar-benar berbeda dari manusia.
Sama sepertiku, tamu anonim itu juga hanya berdiri di depanku. Membeku seakan telah disihir.
"Kau..."
"Siapa yang datang?" Aku menoleh, menemukan Harlert telah berdiri di sampingku.
"Aku tidak tahu," jawabku dan kembali menatap tamu tersebut. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku penasaran setengah mampus. Aku pun kembali menatapnya dari atas sampai bawah.
Tamu itu pun berdehem. Dia membungkuk 45 derajat dan tersenyum ramah. "Maaf mengganggu acara kalian," katanya. "Aku kemari untuk menjemput nona Aletta. Apa dia ada di sini?"
"Kau siapa?" Aku mengumpat dalam hati saat tidak sengaja melontarkan pertanyaan dengan nada bicara yang jujur saja, sangat kasar.
Tamu itu kembali tersenyum. "Saya hanya seorang pelayan. Itu saja."
"Pelayan Ratu iblis," celetuk Damian. "Atau lebih tepatnya, tangan kanan Ratu iblis."
Aku memilih untuk diam dan menyaksikan tindak tanduk Damian selanjutnya. Dia berhenti di depan tamu itu dan menatapnya tepat di matanya.
Entah hanya perasaanku atau apa, tetapi keduanya mengeluarkan aura yang sama. Gelap dan misterius.
Mata tamu itu mendadak berubah merah. Beberapa detik kemudian, matanya kembali berwarna coklat. Aku bergidik ngeri melihatnya dan mundur beberapa langkahㅡdan tanpa sengaja menabrak dan menginjak kaki Harlert.
"DㅡDhemiel, tunggu dulu!" Aletta yang panik segera menarik Damian menjauh dari tamu tersebut.
"Ah, jadi kau rupanya," tamu itu membungkuk hormat. "Senang bertemu denganmu, putra sang Ratu iblis."
Mataku membesar mendengar ucapan tamu tersebut. "Maksudmu? Damian adalah?"
"Ya, dia adalah iblis," jawabnya. Wajah tidak suka benar-benar terpampang jelas di wajah Damian tiap kali tamu itu berbicara.
"Tutup mulutmu," desis Damian.
"Hm, tunggu dulu. Ada yang aneh," tamu itu tidak menghiraukan peringatan Damian.
"Saat seorang iblis bertemu dengan iblis lain, seharusnya matanya berubah merah." Dia perlahan berjalan mendekati Damian dan menatap matanya dalam-dalam.
Tamu itu menyeringai lebar, membuat taring yang dia sembunyikan mencuat keluar begitu saja. "Tetapi, kenapa matamu tetap berwarna coklat?"
Hening.
Damian tidak menjawab. Tangannya dia kepal kuat-kuat, hendak menghantam wajah tamu itu. Tetapi dia mengurungkan niatnya, entah karena tubuhnya menolak untuk mengikuti perintah otaknya atau karena takut tamu anonim itu dengan mudah membongkar semua identitasnya.
"Tunggu, apa yang kauㅡ AAKHHHH!"
Pekikan nyaring Damian menggema ke seluruh ruangan saat tamu itu dengan paksa membuka kelopak mata Damian dan mengambil sesuatu dari matanya.
Lensa kontak.
Sekilas aku melihat mata Damian berwarna merah saat tamu itu melepas lensa kontak yang dia kenakan.
Jadi selama ini Damian...
"Kau menyembunyikan matamu dengan benda ini. Cerdik sekali," gumam tamu itu dan terus mengamati lensa kontak yang baru saja dia lepas dari mata Damian.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED
Fantasía[Sequel SWITCHED] (SLOW UPDATE) Mana yang lebih menyakitkan: Ditinggalkan oleh orang yang kau sayangi tanpa alasan atau tidak bisa mengingat siapa orang yang kau sayangi padahal kau menangisinya tiap malam? . . . DO NOT PLAGIARIZED MY STORY OR I'LL...