48 - Airin Swan

11.3K 1.1K 58
                                    

Aku tidak dapat melepaskan mataku dari wanita itu. Sejak dia melangkahkan kaki masuk ke kelasku, mataku seakan melekat padanya.

Ia cantik, sangat cantik malahan.

Rambutnya hitam legam, kulitnya putih pucat, dan bibirnya semerah darah. Kalau aku diharuskan untuk mendeskripsikannya sesingkat mungkin, mungkin Snow White akan sangat cocok. Tetapi, berbeda dengan Snow White yang diselimuti dengan aura ramah, wanita ini mempunyai aura yang sedikit janggal.

Misterius, tetapi penuh dengan kesendirian dan kesedihan.

Entah apa yang membuatnya mempunyai aura seperti itu.

Aku pun menoleh pada Rachel yang sejak tadi bertingkah aneh setelah mengejar seseorangㅡaku tidak tahu siapa yang membuat Rachel sampai rela berlari begitu cepat, tapi dia berhak mendapat penghargaan karena telah membuat Rachel kalap.

"Selamat pagi, anak-anak. Perkenalkan, nama saya Uriel Samantha Reese, guru biologi kalian yang baru," wanita itu memperkenalkan diri.

Ah, benar juga. Guru biologi kami yang dulu telah pensiun, rupanya dia guru penggantinya.

Tapi, aku merasa tidak asing dengannya.

Bulu kudukku berdiri saat otakku berhasil mengingat siapa wanita yang berdiri di depan kelas. Pandangannya tiba-tiba tertuju padaku. Dia tersenyum tipis dan kembali fokus pada hal yang harus ia ajarkan.

"Rachel... kurasa aku mengenal wanita itu."

"Kau baru saja bertemu dengannya, mana mungkinㅡ"

"Tidak! Aku yakin aku pernah melihatnya di suatu tempat!" pekikku sepelan mungkin, berusaha untuk tidak membuat suara gaduh.

Rachel pun terdiam. "Kalau begitu, katakan padaku: siapa wanita itu?"

Dengan kekalutan yang memenuhi hatiku, aku berbisik di telinga Rachel, "Urisha, ibu kandung Dhemiel.

Dan juga, sang Ratu Iblis."

Mata Rachel membesar. Pandangannya tertuju padaku, menatapku lurus. "Ada yang perlu kuceritakan padamu."

"Ada apa sebenarnya?"

"Akan kuceritakan nanti."

Aku mengangguk patuh, meskipun rasa penasaran telah memenuhiku. Tapi harus kuingat, di hadapan kami adalah sang Ratu Iblis. Kami tidak bisa bersikap gegabah.

Kami bisa mati.

"Kalian, yang di belakang."

Aku bergidik dan langsung menatapnya. Dia tersenyum.

"Sejak tadi saya perhatikan, kalian sibuk berbicara. Sekarang, bisakah kalian menjawab pertanyaan di papan tulis?"

Mataku dengan cepat membaca soal yang ada di papan tulis.

Bagian sel yang merupakan tempat untuk menyimpan kromosom adalah ....

Ah, sial.

Gumpalan kertas yang tiba-tiba jatuh ke pangkuanku nyaris membuatku terlonjak berdiri. Perlahan, kubuka kertas itu dan membacanya.

Nukleus (inti sel).
- Nal.

Aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak menoleh ke sekitar untuk mencari keberadaan gadis vampir itu. Semakin lama aku merasa kalau vampir-vampir itu mengawasi kami, tapi mereka juga telah banyak membantu kami. Sampai sekarang aku tidak punya petunjuk untuk mengetahui alasan kenapa mereka membantu kami.

Yah, aku harap mereka tidak bermaksud jahat.

"Jadi, apa jawabannya?" Urisha kembali bertanya.

Aku, dengan ragu-ragu menjawab, "Nukleus?"

SEPARATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang