Perampok itu menarik pisau yang digenggam Alice dan mengakibatkan luka sayatan di tangan Alice semakin membesar.
"Aw shit" umpat Alice sambil memejamkan matanya menahan sakit.
"Alice!" teriak Sean yang menghampiri Alice.
"Lo gak apa-apa?" tanya Sean sambil memegang bahunya Alice.
Setelah itu nafas Alice tersenggal-senggal, sekarang Alice tidak bisa menahannya, tangan sebelahnya mengepal kuat hingga kukunya memutih, lensa mata hazel indahnya yang berwarna cokelat terang sekarang berganti dengan warna biru terang, sisi lain dari diri Alice bangkit, lebih tepatnya Alice memiliki Alter ego atau kepribadian ganda.
"Al? Lo kenapa?" ucap Sean panik.
Tanpa membalas perkataan Sean, Alice segera mendorong Sean menjauh darinya, setelah itu dengan lincahnya Alice memelintir tangan perampok itu ke belakang dan menendang kakinya hingga ia tersungkur jatuh tapi tangannya masih Alice pegang lalu dengan sigap Alice menginjak punggung perampok itu sampai tidak bisa bergerak.
Setelah itu Alice mengambil pisau yang terjatuh dan mengarahkan pisau itu ke pipi si perampok lalu menyayatnya dengan sadis, Sean yang melihat itu melongo tidak percaya.
"Ampun tolong lepasin gue" ucap perampok itu memohon.
"Lo udah bikin Alice terluka dan sekarang rasain akibatnya" ucap Alice.
Pisau itu Alice tancapkan ke punggung perampok itu dengan tertawa jahatnya sambil menggoyangkan pisau yang menancap di punggung si perampok itu.
"ARGH" teriak perampok itu.
"ALICE STOP" teriak Sean sambil menghampiri Alice dan memeluknya dari belakang.
"LEPAS!" ucap Alice atau Elisa yang terus memberontak di pelukan Sean dan tanpa sengaja pisau itu mengenai lengan Sean.
Sean hanya bisa meringis sambil memegang tangannya yang terluka lalu dengan cepat Elisa mendorong tubuh Sean untuk menjauh darinya.
"Alice berhenti gue mohon" ucap Sean.
Tapi Alice tidak mendengarnya ia terus mengoyangkan pisau itu dan menusuk-nusukannya lagi di bagian yang lain.
"Percuma dia bukan Alice" ucap Darren yang berdiri di samping Sean.
"Lo ngomong apa sih udah jelas kalo itu Alice" ucap Sean sambil menunjuk Alice yang sedang menusuk-nusukan pisau itu sambil sesekali tertawa jahat.
Darren menghiraukan perkataan Sean, ia berjalan mendekati Alice yang sedang menusuk perampok itu dengan pisau.
"Elisa cukup" ucap Darren sambil memegang tangan Alice.
"GAK! BANGSAT INI UDAH NYAKITIN ALICE" bentak Alice atau Elisa.
"Alice gue mohon berhenti" ucap Sean yang menatap Alice sendu.
"Gue bukan Alice" ucap Elisa sinis sambil menatap Sean dengan mata birunya.
Sean yang melihat perubahan sikap dan warna mata Alice pun terdiam dan mencoba memahami kejadian ini.
"Alice! Biar gue urus sisanya" ucap Bagas yang baru datang dengan beberapa anak buahnya.
"Lo siapa?" ucap Elisa sambil menunjuk Bagas dengan pisau.
Darren yang melihat itu langsung merebut pisau itu, setelah itu Bagas langsung menjauhkan Alice yang memberontak ingin menyakiti perampok itu lebih parah lagi, anak buah Bagas membawa perampok itu ke dalam mobil untuk membawanya ke kantor polisi.
"Lepasin gue!" teriak Elisa yang sedang di peluk dari belakang oleh Darren.
"Elisa tenang! Kalo lo banyak gerak luka Alice bakal tambah parah" teriak Darren, setelah itu Elisa langsung terdiam sambil mengatur nafasnya.
Darren memegang tangan Alice yang sudah berlumuran darah dan meniupnya dengan lembut dan Sean menghampiri Darren dan Alice.
"Gue benci liat Alice terluka, siapapun yang buat Alice terluka bakal gue bales" ucap Alice atau Elisa dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Hey tenang semuanya baik-baik aja, gue mohon lo keluar dari tubuh Alice" ucap Darren sambil mengusap bahu Alice.
"Baiklah gue rasa semuanya udah aman" ucap Alice atau Elisa, lalu ia menutup matanya sambil menghembuskan nafasnya secara perlahan dan saat membuka matanya ia menatap datar Darren dan Sean secara bergantian.
"Nih handphone sama dompet lo" ucap Alice sambil mengembalikan handphone dan dompet Sean.
Sean tidak menerimanya tapi ia langsung memeluk Alice yang berlumuran darah, Alice terkejut langsung mencoba melepaskan pelukan mereka.
"Biarin kaya gini dulu, gue takut" ucap Sean sambil memeluk Alice erat.
Alice diam tidak menolak dan tidak membalas pelukan Sean, pelukan Sean sangat nyaman dan hangat Alice ingin menyangkalnya tapi itu kenyataannya.
"Gue takut lo kenapa-napa, gue takut lihat lo tadi yang nusuk perampok itu, gue takut lo terluka" ucap Sean yang menenggelamkan kepalanya ke bahu Alice.
"Gue gak apa-apa" ucap Alice sambil melepas pelukan Sean tapi tangan Alice mengenai lengan Sean yang terluka.
"Aw" ucap Sean sambil memegang tangannya yang terluka.
"Lo kenapa?" tanya Alice dengan raut wajah bingungnya.
"Gue gak apa-apa" ucap Sean berbohong tapi Alice tidak bodoh dan langsung percaya, Alice menarik tangan Sean dan ia melihat ada luka sayatan di lengan Sean.
"Lo luka" ucap Alice datar tapi dalam hatinya ia khawatir kepada Sean.
"Tangan lo juga luka" ucap Sean sambil memegang tangan Alice.
"Ikut gue ke rumah" ucap Alice datar sambil berjalan menghampiri Darren.
"Babon buruan ke rumah" ucap Alice kepada Darren.
"Pala lo babon! Pertandingannya kita undur aja, lo luka" ucap Darren.
"Gue bukan cewe lemah, kita adain pertandingan ulang sekarang juga" ucap Alice sambil membersihkan luka di tangannya dengan air dan membalutnya dengan tisu yang ia bawa.
"Oke gue ladenin tapi kalo lo kalah jangan pake alesan tangan lo luka" ucap Darren santai.
"Kalian ke rumah gue sekarang" ucap Alice sambil berjalan meninggalkan taman.
Setelah sampai Alice langsung masuk ke dalam rumah, ia melihat Adrian yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton film.
"Abang ada tamu" ucap Alice sambil mengambil kotak P3K dan duduk di samping Adrian.
Saat Adrian melihat Alice ia terkejut, "ALICE LO KENAPA DEK?!" teriak Adrian sambil memeluk Alice.
"Kenapa bisa kaya gini? Tangan lo luka! Ayo kita ke rumah sakit" ucap Adrian sambil berdiri menarik tangan Alice.
"Bang! Alice gak apa-apa" ucap Alice sambil melepaskan tangan Adrian pelan dan segera membersihkan lukanya dengan alcohol, Alice meringis karena perih lalu ia segera membalutnya dengan perban.
"Lo bilang gak apa-apa? Tangan lo luka, kenapa bisa kaya gini?" tanya Adrian sambil merangkul Alice.
"Alice ngelawan perampok tadi" ucap Darren sambil duduk di antara Alice dan Adrian.
"Lo main nyempil aja nyet" ucap Adrian sambil menggeplak kepala Darren.
"Sakit bang ah tai lo mah" ucap Darren sambil mengusap kepalanya.
"Lo gak apa-apa kan Al?" tanya Sean yang baru duduk di samping Alice.
Tanpa menjawab pertanyaan Sean, Alice langsung menarik lengan Sean untuk mendekat dan mengobatinya dengan serius.
Sean yang mendapat perlakuan seperti itu tidak bisa menahan senyumannya saat ia tau Alice peduli padanya, Sean hanya diam sambil memandang wajah cantik Alice dari dekat.
"Lo khawatir ya sama gue?" tanya Sean dengan senyuman jahilnya.
"Gue cuma ngerasa bersalah" ucap Alice sambil membalut luka Sean dengan perban.
"Jujur aja Al gak apa-apa gue malah seneng kalo lo khawatir sama gue" ucap Sean.
"Gak usah banyak bacot deh" ucap Alice lalu berjalan ke kamarnya untuk ganti baju.
"Ngapain lo balik lagi kesini?" tanya Adrian kepada Sean.
"Pertama, Alice yang ngajak dan kedua, gue mau lindungin Alice dari Darren" ucap Sean.
"HAH?!" ucap Darren dan Adrian serempak.
"Ngapain lo ngelindungin Alice dari gue? Emang gue penjahat apa?" tanya Darren.
"Dia mau bales dendam sama Alice bang" ucap Sean kepada Adrian.
"Emang, terus apa hubungannya sama lo?" tanya Darren.
"Biarin aja" ucap Adrian cuek sambil memakan cemilannya.
"Tapi-"
"Diem atau pulang" ucap Alice yang baru datang dengan membawa beberapa cemilan.
Akhirnya Sean memutuskan untuk diam sambil memakan cemilan yang Alice berikan padanya dan menonton apa yang akan terjadi.
"Udah lo siapin?" tanya Alice kepada Darren.
"Udah nih" ucap Darren sambil menyerahkan stik ps.
"Gue pasti menang lagi" ucap Alice dengan datar.
"Dengan tangan lo yang kaya gitu no no no" ucap Darren.
"Ho ho tidak semudah itu ferguso, bang jadi wasit" ucap Alice.
"SIAP PRINCESS" ucap Adrian sambil hormat kepada Alice.
"Bukannya kalian ada musuhan kok akrab gini? Terus gimana pertandingan yang Darren bilang? Bales dendam?" tanya Sean dengan raut wajah bingung.
"Kata siapa kita musuhan? Sotoy lo" ucap Darren.
"Shut Up! Pertandingannya mau di mulai" ucap Alice.
Sean hanya diam dan mencerna ucapan Alice, setelah beberapa menit Sean baru tau kalo pertandingan yang dimaksud itu main ps dan balas dendam yang dimaksud Darren adalah membalas kekalahannya terakhir kali main ps dengan Alice.
"Payah lo, gue yang tangannya luka aja bisa menang dari lo" ucap Alice sambil memakan cemilannya.
"ARGH! Kita tanding ulang" ucap Darren.
"Berapa kali juga gue ladenin ren" ucap Alice yang langsung mengambil stik psnya.
Saat mulai Darren mencoba mengganggu Alice dan Alice mencoba untuk menghindari gangguan dari Darren.
"Darren kampret jangan curang lo!" teriak Alice yang matanya ditutup oleh Darren.
"Eh prit prit prit pelanggaran" ucap Adrian sambil menirukan suara peluit.
"Bodo amat yang penting gue menang" ucap Darren.
"Tai lo babon!" teriak Alice sambil melepaskan tangan Darren yang menutup matanya.
"YES! Gue menang ahahaha" ucap Darren sambil tertawa.
"Curang bangga lo kampret" ucap Alice.
"Alice tangan lo gak apa-apa?" tanya Sean yang daritadi memperhatikan Alice.
"Gue gak lemah" ucap Alice.
"Kalo gitu gue tantang lo main ps lawan gue, kalo gue menang lo harus turutin kemauan gue" ucap Sean.
"Kalo gue menang jauhin gue" ucap Alice.
.
.
.
.
.
Halo gais!
Welcome back to my channel (Yakali youtube wkwk)
Author pengen tau pendapat kalian gimana, so kalian komen-komen aja oke?
Sekian dan terima kasih :v
See you next part!!
[Minggu, 21 Juli 2019]
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Princess
Teen FictionHighest Rank #1 in Feels (10072020) #1 in Iceprincess (08022023) #6 in coldgirl (24072020) #23 in Icegirl (05072020) Cerita ini akan di remake, stay tune ya<3 Terima kasih udah mendukung dan membaca karya author, sayang kalian banyak-banyak😚 NOTE :...