"Alice .."
"Alice kenapa?" tanya Harry.
"Sebenernya Alice-"
"Stop" ucap Alice.
Semua pandangan tertuju ke arah Alice yang baru sadar dari pingsannya.
Dengan posisi yang masih berbaring sambil menatap langit kamar, Alice menghela nafas pelan lalu berusaha duduk.
Adrian membantu Alice untuk bangun dari tidurnya.
"Alice kamu gak apa-apa sayang?" tanya Diana.
Alice hanya mengangguk pelan.
"Kak Licy?" panggil Alvaro.
"Apa dek?" ucap Alice.
"Ini kak Alice kan?" tanya Alvaro lagi.
"Iya ini kak Licy" jawab Alice.
Alvaro langsung menaiki kasur Alice dan memeluk Alice erat.
"Aku takut kak, tadi kak Licy kaya orang lain" ucap Alvaro sambil memeluk Alice.
"Gak apa-apa sekarang kamu tenang aja" ucap Alice sambil memeluk Alvaro.
Adrian menghela nafas melihat Alice baik-baik saja? Tunggu, ia melihat pipi Alice yang bengkak dan merah.
"Pipi kamu kenapa?" tanya Adrian.
Diana memegang pipi Alice yang bengkak dan itu membuat Alice meringis.
"Ini kenapa sayang?" tanya Diana.
"Ah ini tadi cuma di tampar aja sama papa" jawab Alice santai.
Adrian menatap Harry tidak suka, sementara Harry hanya diam.
"Pah!" bentak Diana.
Harry menoleh ke arah Diana dengan tatapan datarnya.
"Kita harus bicara" ucap Diana sambil beranjak pergi dari kamar Alice.
Setelah Diana pergi Harry mengikutinya dari belakang.
"Ck sialan" umpat Adrian sambil melihat Harry pergi.
Adrian mengusap lembut pipi Alice yang bengkak.
"Bentar ya abang mau ambil dulu handuk sama air" ucap Adrian.
Alice hanya mengangguk saat Adrian meninggalkan kamar Alice, helaan nafas kasar Alice terdengar.
Ia tau cepat atau lambat Elisa akan muncul saat menghadapi Harry.
Elisa bukanlah orang lain, dia adalah sisi lain dari diri Alice.
Hanya saja karakter Elisa terbentuk karna Alice terlalu banyak memendam perasaannya selama ini.
Perasaan sedih, kecewa, takut dan marah Alice selalu pendam di balik wajah datarnya.
Karna itu terbentuklah sisi lain dari diri Alice yang menampung segala emosi yang Alice pendam.
Ibarat seperti bom, semua emosi yang Alice pendam pasti akan meledak suatu saat nanti.
Suara dengkuran Alvaro membuat Alice mengalihkan pandangannya.
Alvaro tertidur, Alice tersenyum lalu ia memindahkan Alvaro dari pangkuannya ke kasur miliknya.
Setelah itu ia menyelimuti Alvaro lalu mengusap kepalanya dengan lembut.
Sungguh ia sangat menyayangi adiknya itu.
Beberapa saat kemudian Adrian membawa kompresan untuk Alice.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Princess
Teen FictionHighest Rank #1 in Feels (10072020) #1 in Iceprincess (08022023) #6 in coldgirl (24072020) #23 in Icegirl (05072020) Cerita ini akan di remake, stay tune ya<3 Terima kasih udah mendukung dan membaca karya author, sayang kalian banyak-banyak😚 NOTE :...