Bosenkan?

1.9K 230 13
                                    


Hari minggu, hari pembalasan buat Hendery.... Wahhh jadi nggak sabar.

Hendery udah duduk di kursi depan kostku sembari menunggu aku masih berkemas.

Namanya cewek ya, senatural apapun penampilannya tetap pasti lama. Entah itu memadupadankan pakaian, berupa warna, model, sampai ukuran panjangnya. Ya gitu kan ya? Aku cuma pakai jumpsuit warna abu-abu dengan kaos putih panjang. Ya sambil ganti baju, aku udah pakai tetek bengek skincare setelah itu aku pakai makeup. Gak tebal kok, cuma pakai bb cream, bedak tipis sama liptint tipis juga. Biar seger.

Setelah itu aku keluar dari kamar kost, menatap wajar berseri Hendery yang harus ia paksakan untuk menutupi wajah masam nan lesunya. Ya salah siapa begadang main game. Aku tahu ya, kemarin setelah chat dia lanjut main game. Ya dari Dejun pastinya.

"Hmmm tunggu deh." Ucapku sambil berpose berfikir. Telunjuk dan jempol tangan kiri ada di dagu di topang lengan kanan.

"Kenapa?"

"Kamu kelihatan capek banget, kamu istirahat aja deh." Kataku, dia langsung menggeleng.

"Nggak. Aku cuma laper, iya laper belum sarapan." Elaknya.

Aku mengangguk mengiyakan, sebab aku juga belum sarapan.

"Bener ya?"

"Iya, bener 1000 persen. Yuk udah laper nih."

Aku mengangguk lagi, lalu kami berjalan ke motor kesayangannya itu.









Kami udah sampai di tempat makan yang diinginkan Hendery, walaupun cuma makan Nasi dan ayam yang penting kenyang.

"Minum apa? Cappucino ya?" Tanyanya aku menggeleng.

"Milkshake."

"Oke." Lalu dia memesan.









Selesai makan, kami lanjut ke toko buku gramedia. Gak jauh jadi udah sampe.

Hendery jalan lemes banget gitu. Bener-bener lemes.

"Gak semangat banget sih? Tadikan udah sarapan." Kataku lalu kupeluk lengan kirinya.

"Sayang, jalan ke tempat lain yuk." Jawabnya.

Aku cemberut.

"Kan kamu aslinya gak mau, kenapa gak dari semalem kamu nolak mau jalan kesini? Biar aku gak berharap gini."

"Eh."

Lalu ia mengusap kepalaku.

"Yaudah, ayo. Maaf deh, tadi cuma bercanda."

Kuberikan senyum tercerah lalu aku berjalan meninggalkannya.


Aku mengambil salah satu buku, lalu aku berjalan ke pojok. Disana Hendery sedang menatap padatnya lalu lintas dari lantai 3 toko buku ini.

"Janjinya kemarin gak main game?" Sahutku saat aku melihat layar ponselnya menunjukkan salah satu nama game.

"Iya ya. Aduh lupa aku." Lalu ia terkekeh, terpaksa.

Karena di sini tidak disediakan tempat duduk, jadi dia duduk lesehan di pojokan sambil menopang dagunya. Aku tahu dia benar-benar bosan.

Lalu aku menyerah, kasihan juga dia.

"Yuk Hen, udah dapet nih bukunya." Dia langsung sigap berdiri.

Kamipun berjalan kekasir untuk membayar buku yang kubeli.

Oh ya, aku beli buku judulnya, 'Vacancy' penulisnya pinkisdelight miliknya teh Lif. Bagus banget cerita di wattpadnya, jalan ceritanya rapi juga gitu lah intinya sempurna. Teh lif i love you.







Hari masih siang, sebenarnya kemarin aku mau sampai sore. Tapi ngelihat Hendery yang udah kayak gak punya kekuatan gitu jadi gak tega.

"Bosen ya?" Tanyaku saat kami berjalan menuju parkiran.

"Enggak sih biasa aja."

"Jujur aja, aku gak bakal marah kok."

"Beneran enggak."

"Kalau enggak balik lagi deh aku kira ta-"

"Iya, aku jujur aku bosen. Banget. Ya jangan balik kesana lagi. Pleaseee." Dia menyatukan kedua telapak tangannya tampak memohon.

Aku tersenyum.

"Lain kali jujur ya. Kalo bosen ya bosen. Sama kayak tadi, kalo maunya cappucino ya jangan milih milkshake."

Lalu ia mengangguk sambil mempoutkan bibirnya. Andai aku udah sah jadi istrinya bakal aku uyel-uyel mukanya. Abis gemes banget.

"Kemana selanjutnya Princess?"

"Kost Dejun aja." Lalu ia mengernyit.

"Kamu ngantuk, capek. Kemarin kalian mabar sampe jam 3 pagikan? Kita kesana, biar kamu bisa tidur."

Lalu Hendery mengangguk.

"Maaf ya."

"Gak perlu, toh udah kejadian. Tapi kepercayaanku ke kamu turun 2% ya."

Lalu ia menggeleng.

"Maaf, lain kali nggak lagi aku ja-"

"Gak usah janji. Berat tanggungnya."

"Udah ayo jalan."










Selanjutkan kami sampai di kost Dejun. Hendery kusuruh masuk kedalam sedangkan aku dan Dejun duduk di depan kost/kontrakannya ini.

"Balik dulu ya, ntar kasih tahu Hendery kalau gue pulang duluan." Pamitku.

"Eh gue anter deh."

Karena aku juga malas order ojek online jadi aku mengiyakan.



Jarak kontrakan Dejun dengan kostku gak terlalu jauh, jadi gak sampai 15 menit aku udah sampai di kost.



(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang