Pasar Malam

671 89 27
                                    

Dejun masih disini, masih berada di rumahku. Jadi, aku harus ketemu dia lagi setiap kali aku keluar kamar.

Aku gak benci sama Dejun tapi aku ngerasa jahat banget setiap kali natap mata Dejun, seakan-akan Hendery ada disini dan nangis di belakang aku.

Iya, Hendery dulu badboy dan playboy tapi saat kami kenal. Aku sering lihat Hendery nangis di punggung aku.





"Kamu kenapa Hen?" Tanyaku pada Hendery, yang berjalan mendekatiku dengan wajah sendunya.

"I-itu......" Hendery langsung memegang kedua lengan atasku, memutarnya hingga aku memunggunginya. Kemudian ia tepatkan kepalanya di bahu belakangku. Dan menangis.

Saat itu, saat pertama aku tahu Hendery nangis. Aku ngerasa sakit banget di hati, serasa aku juga ikut sedih.




Beberapa kalimat sudah kususun untuk menjelaskan kronologi sebenarnya pada Hendery. Tapi tetap saja, sebaik apapun perkataan atau pernyataanku itu pasti akan membuatnya sakit hati.

"Hey! Bengong mulu! Ntar kesurupan lo!" Ujar Dejun ikut duduk di sofa sampingku.

Aku hanya menatapnya sebentar.

"Hendery gimana? Gue bingung mau bilang apa ke dia. Gue nggak mau dia sakit hati." Curhatku.

"Bukan lo doang yang bingung. Gue juga, gue gak mau jadi pelakor."

Aku hanya mengangguk-angguk.

"Loh Jun, Ra! Kalian gak mau jalan-jalan gitu malam minggu? Katanya ada pasar malam loh. Gih sana jalan-jalan." Eyang, selalu berusaha buat aku dan Dejun dekat.

"Oh iya eyang. Ini baru mau mengajak Rara." Jawab Dejun, aku hanya menoleh sebentar lalu memutar malas bola mataku.

Dan juga, Dejun selalu berusaha seakan-akan ia juga mendukung eyang.

"Yaudah, Ra. Dengerkan? Dejun ngajak? Sana kamu ganti baju." Ucap Eyang.

"Ya eyang."

Akupun berganti baju, biasa saja. Hanya kaos pendek, jumpsuit, dan sandal biasa. Ya buat apa, bukan dengan Hendery juga.


"Nenek, eyang. Rara berangkat ya." Pamitku dan salim ke beliau-beliau.

Begitu juga dengan Dejun.

"MBAK! ENJUN NITIP MARTABAK DI PEREMPATAN YA." Teriak Enjun dari jendela kamarnya, aku mengangguk memberikan isyarat dengan jariku membentuk, 'ok'.




















"Mau main apa?" Tanya Dejun, sesaat setelah masuk di area pasar malam.

"Gak pengen, pengen duduk aja." Jawabku, lalu duduk di kursi.

"Gue mau ngasih lo tawaran nih. Gue minta lo dua permintaan, lo juga bisa minta ke gue dua permintaan. Terserah deh mau apa aja." Tawar Dejun, membuatku berfikir sejenak.

"Apasih? Lebay deh."

"Beneran. Lo mau gue ngapain aja, gue jabanin dah."

"Oke deh. Lo duluan, lo mau apa?"

"Lupain Hendery!" Pintanya membuatku terkejut.

"Ma-mak... Sud lo?"

"Buat sekarang doang. Lo lupain kebingungan lo ke Hendery, dan seneng-seneng disini. Lo tau kan? Gue besok udah balik lagi. Setelah itu juga gue bakal datengin Hendery dan bilang ke dia." Jelasnya.

"Oke, buat sekarang. Gue coba. Tapi jelasin ke Hendery sama gue. Please gue gak mau dia sedih dan nangis sendirian."

Dejun mengangguk setuju.

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang