After Met You

1K 92 12
                                    

Rapat seperti biasa, bersama rekan satu divisi memenuhi ruang rapat. Sania yang duduk di seberangkub membolak-balik kertas yang baru di berikan salah satu staff lain.

"Eh Jinyoung. Kamu duduk sana, tuh dekat Numaira." Ujar Sania tiba-tiba membuatku menatapnya tajam.

Jinyoung hanya tersenyum pada kami berdua. Manajer divisiku telah datang, dan siap membuka rapat.









"Eh, margamu apa sih?" Tanya Sania pada Jinyoung setelah rapat selesai.

"Park." Jawabnya singkat.

Lalu Sania tertawa sambil mengangguk.

"San, mau makan dimana?" Tanyaku.

"Park Jinyoung mau makan dimana?" Bukan menjawabku, Sania malah bertanya pada Jinyoung.

"Ha? Terserah deh. Emang aku boleh gabung?" Tanya Jinyoung kali ini, aku sedikit cekikikan. Sebab raut mukanya yang menggemaskan saat bertanya.

"Ya bolehlah. Sekalian sama Numaira, siapa tahu nanti kalian bisa lebih dekat." Jawab Sania kemudian mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Jinyoung, gak usah di gubris. Sania lagi gila." Elakku membuat Jinyoung tertawa pelan.






Akhirnya kami bertiga memutuskan makan bersama di KFC terdekat.
Selesai mengambil makanan, kami duduk di pojokan.

"Jinyoung udah punya pacar ya? Katanya model pacarnya." Tanya Sania.

Jinyoung menggeleng, lalu menelan makanannya.

"Nggak, dia sepupuku." Jawab Jinyoung.

"Oh, pas banget. Numaira juga lagi calon suami tuh. Kalo tertarik sama dia lamar aja." Oceh Sania. Hah boleh jual teman gak sih?

"Apasih? Udah Jinyoung gak usah di dengerin." Tanggapku.

"Kalo beneran aku lamar, di terima nggak?" Oke, pertanyaan Jinyoung membuat suapan nasiku terhenti di kerongkongan. Sania memberiku minum yang telah ku pesan tadi.

"Memangnya Jinyoung suka sama Numaira?"

Aku menghela nafas, kurang puas apalagi Sania ini? Membuatku malu di depan Jinyoung?

"Suka, udah lama tapi takut kalo sudah ada pasangannya." Jawab Jinyoung.

Oke aku tenggelam aja ya.

"Emmm, kalian lanjutin aja ngobrolnya. Manajerku chat aku ada kerjaan mendadak di kantor." Alibiku, suasananya gak enak.

"Yaudah ayo aku antar." Jinyoung siap dan sudah berdiri dari duduknya.

"Eh nggak usah. Kamu makan aja, aku buru-buru. Bye." Pamitku langsung bergegas dari sana.









Baru saja aku melangkah keluar menuju pinggir jalan, badan seseorang menghalangi langkahku memaksaku untuk berhenti. Aku mendongakkan kepalaku, dan keterkejutan yang kudapat.

"Loh Hendery?"

Ini beneran Henderykan? Aku tidak halusinasikan? Aku tidak berimajinasikan? Ini benar real Henderykan? Batinku terus bertanya, bersamaan dengan kedua bola mata kami saling menatap.

"Gimana? Mantan?" Sarkasnya, membuat aku sedikit berjengkit. Lalu kuputuskan tatapanku pada matanya.

"O-oh. Hay. Apa kabar?" Gugupku.

Kenapa mesti gugup sih? Bodoh!

"Lebih baik dari beberapa tahun yang lalu." Jawabnya lalu tersenyum.

"Syukur deh. Mmm aku duluan ya." Pamitku, aku tidak mau nanti gagal move on dari dia.

"Eh!" Cegahnya sambil menarik lenganku.

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang