Zaman Perjuangan

1.3K 184 6
                                    


😎 Maaf menuhin notif mulu😎
🤣 Ide lagi ngalir lancar buat si Hendery ini🤣






VOTMENT JUSEYO ☺️






Pacaran sama Hendery itu bener-bener gak disengaja. Kenapa? Ya emang awalnya aku gak ada perasaan sama dia, sama sekali nggak ada. Beneran.

Sebenarnya dulu aku naksir sama oknum kak Kun. Dia kakak tingkat aku di fakultas.

Ya. Aku dan kak Kun itu satu Fakultas kak Kun ambil program Studi Manajemen beda Prodi sama aku.

Cinta lokasi di hari Ospek sekarang namanya PKKMB, kak Kun ini jadi kakak pendamping aku dulu. Jadi diam-diam aku suka sama dia.















Aku lagi mode PDKT sama kak Kun sambil nunggu teman gitu di depan Fakultas, dari arah timur ada mobil berhenti di depanku, lalu kak Kun pamit. Gak lupa kasih aku senyum yang bikin aku jatuh cinta di pandangan pertama.

Beneran aku liatin kak Kun sampai masuk ke mobil itu, kalo dilihat-lihat penumpangnya banyak ada kali 7 orang.

"Gak usah senyum, kesambet tau rasa lo!" Itu kata cowok yang duduk di depan, hidungnya mancung banget tapi sayang kelihatan bar-bar gak kayak kak Kun. Jadi aku tatap sinis itu orang.

Setelah sering nemenin kak Kun nunggu jemputan mobil yang biasanya gitu. Tapi kali ini beda, cuma ada sosok Hendery yang pake motor maticnya. Iya aku udah tahu namanya dari kak Kun kemarin pas lagi chatan dan kehabisan bahan obrolan, jadilah tanya nama ini orang jadi bahan obrolan kita di chat.

"Eh duluan ya." Kata kak Kun jangan lupa senyum manisnya itu. Aku ngangguk sambil senyum juga.

"Bang! Itu temen lo sawan ya bang?" Tanya Hendery pada kak Kun.

Ya secara otomatis dong aku pelototin si Hendery, cerewet banget jadi orang.

"Hust! Dia adek tingkat. Udah langsung aja." Sahut kak Kun, kan emang imamable banget suaranya.

"Heh, adek tingkat bang Kun. Jangan godain dia lo! Awas aja!" Ucap Hendery lagi. Aku menghela nafas kasar.

"Apa urusan lo? Gak jelas!" Ucapku.

Kak Kun geleng-geleng, kemudian mengatakan "udah ayo. Ntar telat." Ke Hendery dan akhirnya mereka cabut deh.






















Setelah kurang lebih berbulan-bulan aku ngebucin kak Kun. Aku siap buat nyatain perasaanku, aku bukannya murahan tapi ini emansipasi.

Jadi aku udah siapin surat buat kak Kun, iya mengakui perasaan ke kak Kun pakai surat. Kalo langsung, aduh mending kubur aja deh aku.

Oke sekarang tinggal nunggu kak Kun di dekat pos satpam. Biasanya setengah empat sore setiap hari selasa itu pasti dia pulang. Kalo hari biasa dia ada rapat, biasa anak BEM yang sibuk.

Bener, itu kak Kun lagi jalan ke pintu gerbang. Aku udah siap, bentar rambut rapi? Udah. Emm masih wangi juga. Siap. Laksanakan tugas sekarang.

Baru selangkah kedepan. Tunggu! Ada seorang cewek yang dengan gamblangnya meluk lengan kak Kun. Sambil ketawa-ketiwi, dan kak Kun juga pakai ngusak rambut cewek itu. Mana mereka kelihatan bahagia banget lagi. Apa mereka pacaran?

Denger nggak?

Retakan di hati aku?

Aku ngerasa seseg banget, sakit gitu. Nyelekit banget minta ampun.

"Eh Numaira! Nunggu temen lagi?" Tanya kak Kun membuyarkan lamunanku akan keretakan hati.

Aku mengangguk, iya itu alibiku buat selalu bareng kak Kun pulang di hari selasa.

"Gitu, yaudah duluan ya." Ucapnya lalu jalan sambil pegangan tangan.

Mereka berdua masuk ke mobil, mungkin naik taksi online gitu.










Aku keluar dari gerbang fakultas, lalu menatap sekitar. Rasanya sepi banget, kayak hati aku sekarang yang butuh hiruk pikuk pelipur lara.






TINNNNNNNNNNN

Berisik banget sumpah! Siapa sih?

Aku menolehkan kepalaku, oh temennya kak Kun si Hendery.

"Kenapa?" Tanyaku lesu.

"Bang Kun mana?" Tanyanya balik.

"Lagi pacaran, naik taksi online tadi mungkin." Jawabku lalu aku melangkahkan kakiku untuk balik ke kost dan merebahkan tubuh lalu menangis.

Ah sial, di samping Hendery aku di cegat sama tangannya. Kenapa sih?

Dan double sialnya air mataku kenapa jatuh sekarang?

"Lo gak papa?" Tanyanya.

Aku melepas cengkraman Hendery di lenganku. Lalu kupaksakan untuk tersenyum.

"Eh tunggu!" Cegahnya lagi, saat aku siap melangkah.

"Helm gue nganggur nih, dan sekarang gue laper. Gue ajak makan mau nggak?" Tawarnya, aku menggeleng lalu melanjutkan jalanku namun,,,,

Pluk

Sebuah helm sudah terpasang di kepalaku. Aku menatap wajah Hendery yang tersenyum tanpa dosa.

"Udah kepake helmnya. Gak bisa nolak." Ujarnya.

Aku mengarahkan tangan ke helm bersiap melepaskan. Tapi Hendery men-standarkan motornya lalu berdiri. Menekan helm itu agar tidak bisa kulepaskan.

Akhirnya aku mengehela nafasku, dan duduk tenang di motor Hendery.










.
Lagi merasa jatuh cinta banget sama sosok Hendery.
.

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang