Ketahuan

1.6K 203 7
                                    

Menjadi panitia sebuah acara adalah hal yang tidak terlalu aku banggakan lagi. Tidak terlalu sering aku menjadi panitia, tapi memang semakin menambah teman tapi juga menguras dompet.

Kenapa? Ini mungkin aku yang lagi apes aja, jadi panitia di kepanitiaan yang bisa di katakan kurang dana. Jadi bagaimanapun caranya panitia yang jadi modal utama.

Seperti sekarang, awalnya aku tidak ingin ikut panitia tetapi karena temanku memohon untuk aku ikut ya aku tidak bisa menolak. Bukan karena kepanitiaannya sepi, tapi memang di butuhkan orang yang kompeten di bidangnya gitu. Entahlah temanku berfikir begitu untuk merekrutku.

Aku dulu memilih menjadi sie PDD atau sie Perlengkapan, ya ingin aja gitu. Tapi aku dimasukin kedalam sie sponsor.

Jadi hari ini, aku dan Komi pergi kesebuah tempat bimbel belajar bahasa inggris terkenal untuk melakukan penandatanganan MOU disana. Syukurlah proposal sponsor yang diedarkan di terima.

"Oh ya, Ra. Kamu sama Komi MOU di bimbel yang kemarin ya. Proposal sponsor kita di terima." Ucap Ala ibu koor sie sponsor.

"Alhamdulillah, akhirnya." Jawab Komi.

"Nih pakai motor aku aja. Kalian bisa naik motor kan?"

Aku dan Komi hanya saling memandang.

"Bisa dong. Gue jagonya." Kata Komi dengan pedenya.

Motor milik Ala sudah dikeluarkan dari parkiran.

"Kom!"

"Hm?" Komi yang sedang bersiap-siap memakai helmnya.

"Gue aja yang bawa motor. Lo pendek bahaya gak nyampek ntar kaki lo." Kataku, bukannya aku mau body shaming tapi kalo Komi gak digituin dia bakal gak sadar.

"Tenang aja, di kampung gue pernah balapan sama geng motor." Alihnya.

"Iya gue tahu, disana jalannya sepi. Disini padet banget gitu, yakin?" Tanyaku lagi.

"Hehehe, sebenernya gue gak yakin. Tapi mau gimana? Kasian Ala bolak-balik dari Sleman ke Yogya gini."

"Tuh. Yaudah gue aja yang bawa."

"Lah emang lu bisa? Jangan dah, kalo buat belajaran."

"Percaya ama gue, gue jaman SMP udah bisa naik motor." Tekanku.

"Yaudah deh."

Lalu kamipun berangkat dengan aku yang berada di kemudi depan.





Selesai melakukan MOU, aku dan Komi mampir di warung mie ayam untuk makan sejenak.

"Gue pernah diajak kesini nih sama Ala dulu."

"Mie ayam mandala." Eja Komi.

"Yuk masuk, tenang murah kok."

Lalu kamu mencari tempat duduk.

"Ra!" Seseorang memanggilku dan aku menoleh.

"Loh Dejun, disini juga? Ngapain?" Tanyaku lalu duduk di deretan bangku bersama Dejun yang sendirian. Kasian jomblo.

"Mau ngebajak sawah sih." Lalu Dejun ketawa.

"Lah kocak." Sahut Komi.

"Ngelawak mulu lo mah." Ujarku.
"Oh ya, Jun kenalin nih yang namanya Komi." Tambahku lalu menyikut Komi yang baru membuka lockscreen Hpnya.

"Oh, ini. Bener kecil orangnya." Lalu Dejun tergelak lagi.

"Heh! Gue gak kecil ya cuma gak tinggi ya!" Jawab Komi.

"Lah kocak lu Kom." Aku menyahuti lalu ikut ketawa.

"Oh tau, nih pasti Dejun-dejun itu ya? Yang nempel terus ama si Hendery kan?" Tebak Komi.

Aku menyahutinya dengan mengangguk begitupula Dejun.









Malamnya, tiba-tiba Hendery chat marah-marah.

Ternyata masalah aku bisa mengendarai motor, dan Hendery sampai semarah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata masalah aku bisa mengendarai motor, dan Hendery sampai semarah itu. Dia kenapa sih? Jadi gemes aku tuh.

 Dia kenapa sih? Jadi gemes aku tuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh kan. Aku tuh gak bisa diginiin sama dia. Udah gemes, jadi tambah gemeskan?

Istirahat dulu ya Hen buat bikin aku semakin-semakin tambah gemes ke kamu.

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang