Sampai Begitu?

724 119 7
                                    

⚠️UNTUK SEMUANYA KHUSUSNYA SESEORANG BERNAMA 'SERLI' CIWAY MINTA MAAF. AKU HANYA PINJAM NAMA SAJA.⚠️


"Awas aja ya lo. Bakal nyesel jadi manajer Yunoh." Ancam Serli kemudian dia ikut berlalu.

Di cafe ini masih ada beberapa pengunjung beserta aku dan Hendery yang masih cengo, bingung kejadian apa yabg terjadi.

"Ayo, ganti baju dulu. Pasti kamu gak tegakan milkshake kesayangan kamu itu di tumpahin? Nanti aku beliin lagi."

CTAK

Aku menyentil dahinya.

"Kebiasaan. Ini kamu kerja bukan main." Omelku lalu ia tertawa pelan.

"Lagian ini, cafe milik tanteku jadi aku bebas disini." Bisiknya padaku.

Aku menghela nafas.

Pantas saja dia santai tak tertekan sama sekali. Ternyata milik tantenya sendiri.

"Ayo, aku antar ke belakang. Buat ganti baju." Hendery menarik tanganku.

"Emang ada baju ganti?" Tanyaku saat kita sambil berjalan.

"Eh nggak ada, yaudah pake jaket aku aja dulu. Ntar aku antar pulang."

"Nggak! Kamu harus kerja dulu yang bener. Katanya calon suami yang bertanggungjawab."

Hendery mengehentikan langkahnya.

"Cukup, jangan bikin aku gemes dan pengen nyium kamu ya." Ujarnya.

"Berani cium-cium kau aduin ke bunda, ayah, mama, papa, tante, om dan lain-lain. Biar kamu dihukum sama mereka!" Ancamku.

Hendery tersenyum lebar lalu mengelus pucuk rambutku. Kemudian memberhentikan tangannya di pipi kananku, dan mengelusnya dengan jempolnya.

Aku merasa Hendery telah kesurupan.

"Aku masih berjuang buat nggak ngikutin nafsuku lagi. Makasih udah bantuin aku. Ingat, kita udah sejauh ini dan yang aku ingin setelah lulus dan aku bekerja nanti kita menikah. Kamu dan aku." Ucapnya, penuh keseriusan dan tatapan yang menyejukkan dari kedua manik indah milik Hendery itu.

Aku tersenyum, lalu mengangguk.

"Kita serahkan pada ALLAH, semoga kita berjodoh dunia dan akhirat."

"Iya aamiin."

"Hen, kamu kesurupan setan apa? Serius banget?" Tanyaku.

Dia langsung menarik tangannya.

"Aku kesurupan hantu cinta sampai mati. Hantu bucin." Jawabnya, lalu melangkah mendahuluiku.

Aku cekikikan sendiri.

Jangan-jangan aku juga kesurupan?





Aku gak jadi pulang bareng Hendery, ternyata kak Yunoh udah nunggu di mobil jadi aku ikut dia lagi. Kesel sih, yang punya masalah siapa yang disiram siapa. Mana di tinggal gitu aja.

"Tadi itu siapa sih kak?" Tanyaku membuka kata memecah keheningan 5 menit yang telah berlalu.

"Mantan manajer aku dulu. Manajer pertamaku." Jawabnya.

Lah bener? Cantik banget. Kirain mantan pacar tadi.

"Oh, kirain mantan pacar." Sahutku.

Kak Yunoh menghela nafasnya.

"Dulu dia manajer aku, awalnya ya aku ngerasa nyaman dan biasa aja. Tapi lama-lama ada yang aneh. Aku manggung 5 lagu cuma di bayar ya sama dengan aku nyanyi 2 lagu."

"Berarti dia korupsi?"

"Ya gitu. Awalnya dia ngelak. Tapi berhasil di temuin bukti kalo dia ambil separuh lebih uang bayaran manggung. Dia mohon-mohon biar gak di pecat, akhirnya aku kabulin. Tapi tingkahnya makin rusak. Dia nggak mau keluar ruang ganti baju pas aku ganti baju, ngeliatin terus ke aku. Aku jadi risih banget. Sampe dimana aku manggung di Bali, dan dia hanya pesan satu kamar hotel untuk aku dan dia. Dengan alasan sisa satu kamar dan udah malam banget. Padahal baru jam 10 malam.
Kita berantem masalah aku yang kekeuh buat tidur di sofa, tapi dia terus aja maksa aku buat tidur sekasur sama dia. Bayangin, cewek cowok tidur sekasur yang terjadi apa? Aku masih waras, dan sebenarnya juga udah risih sama dia. Lalu dia setuju aku tidur di sofa, tapi dia malah godain aku. Ya pake baju yang gitu deh. Terus aku keluar dari kamar, lihat ada 3 pengunjung baru memasuki kamar beserta kopernya. Lalu aku turun ke lobby, tanya tentang kamar kosong. Dan masih banyak banget kamar kosong, tanpa basa basi aku langsung pesan kamar kosong di lantai paling atas. Dan paginya aku pecat dia, aku kasih uang buat dia balik ke Jogja. Dia nangis, aku udah gak percaya sama airmatanya itu. Lalu aku manggung sendirian tanpa manajer, untung pihak dari sana nyediain LO yang kompeten jadi aku sedikit lebih baik."
Jelasnya, aku mendengarkan dengan seksama.

"Kok bisa sampe segitunya ya kak?"

"Nggak tahu. Bodo amat."

"Eh tumben ngomong pake aku-kamuan. Hehehe." Candaku lalu ia terkekeh juga.

"Karen aku udah nyaman sama kamu." Gumamnya masih jelas aku dengar.

"Ha apa?" Aku pura-pura nggak dengar.

"Beli martabak telor aja sana. Gue laper." Elaknya, lalu aku mengangguk.

Tunggu.

"Emang ada martabak telor siang bolong gini?"

"Gak tahu."




.

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang