Kangen Hendery

820 105 12
                                    

Aku harus tetap kalem, saat nanti Hendery datang bersama dengan bunda. Aku tidak boleh langsung menubruknya menarik kedua tangannya untuk sekedar menggenggam erat telapaknya, seperti aku saat rindu dengan dia. Oke, untuk sekarang tidak boleh. Disini ada Enjun dan mama. Walaupun mama sudah pernah bertemu dengan bunda tapi tetap saja. Aku harus jaga image ku di depan mereka.

Aku keluar dari kamar untuk membuka pintu rumah. Yang sudah aku tebak itu adalah Hendery dan bunda.

Pelan tapi pasti aku berjalan melewati ruang tengah, menatap Enjun yang lagi asyik makan keripik kentang sambil menonton televisi dimana menayangkan iklan salah satu produk kopi susu yang ambasadornya mirip Lucas. Sedangkan mama yang lagi menyiapkan hidangan makanan di meja makan.

Ambil nafas, tenang dan buka pintu.

CKLEK

Kusiapkan senyumku.

"Hoam. Papa ngantuk mau bobok."

Tapi, ternyata papa pulang. Bukan Hendery. Luntur sudah senyumku.

"Papa udah pulang?" Tanyaku, katanya keluar kota.

"Gak tahu...... Ya udah lah mbak. Wong ya papa udah di depan mbak. Masa masih di Kota orang aja." Jawab papa langsung masuk ke dalam rumah.

Baru saja mau menutup pintu, ada sebuah mobil berhenti di depan Gerbang. Seseorang keluar dari dalam mobil.

Deg!

Hendery, sumpah demi apa dia ganteng banget!

Dari samping saja, dia kelihatan ganteng banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari samping saja, dia kelihatan ganteng banget. Seperti pahatan sempurna. Astaga, aku kejatuhan duren berapa ton sih? Bisa dapet dia?

Bunda juga keluar dari mobil setelah Hendery.

"Bunda! Hendery!" Panggilku, lalu aku lari ke pintu gerbang menyambut mereka.

Kebiasaan papa memang pintu gerbang gak pernah di tutup.

Aku salim ke bunda, kemudian peluk bunda dan bunda cium pipi kanan kiri aku.

"Mamamu mana?" Tanya Bunda.

"Di dalam bun, ayo bun masuk." Baru selangkah aku dan bunda jalan.  Hendery menyeletuk.

"Ini calon suaminya gak disambut? Gak salim dulu? Gak peluk dulu? Ga ci-"

PLAK!

Bunda menepuk lengan Hendery.

"Gak sopan!" Omel Bunda Hendery hanya senyum menunjukkan giginya.

"Bunda masuk dulu ya nak, kamu urus Hendery dulu. Dia malesin kalo lagi kangen kamu." Ujar bunda, aku mengangguk lalu mempersilahkannya masuk terlebih dahulu.

Seperginya bunda, Hendery nyolek bahuku.

"Salim!" Perintahnya sambil menyodorkan telapak tangannya di depan mukaku.

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang